MAB News

Gathering Penerima Beasiswa MAB di Pulau Pramuka

IMG_6445

Gathering Penerima Beasiswa MAB di Pulau Pramuka

Depok (6/6), Yayasan MAB menyelenggarakan Gathering Penerima Beasiswa MAB di Pulau Pramuka. Acara Gathering ini diadakan dengan tujuan untuk mempererat kekeluargaan para penerima beasiswa mab. Sekitar 20 orang penerima beasiswa mab dalam hal ini beasiswa pondokan mab mengikuti acara gathering yang bertajuk “MAB Fun Trip”. Ada berbagai kegiatan yang dilakukan selama gathering tersebut mulai dari Snorkeling di Pulau Air dan berkunjung ke penangkaran penyu dan hiu.

Berikut cerita perjalanan dari acara gathering tersebut. Selamat menikmati. 🙂

—–

Sabtu pagi itu, meski mentari belum beranjak dari peraduannya, kami telah siap memulai perjalanan ini. Dari kemarin, aku sebagai coordinator perjalanan ini sudah ‘bawel’ mengingatkan untuk stand by pukul 05.00 WIB. Menjelang pukul 03.00 WIB tadi dengan mata yang masih mengantuk kupaksakan untuk membangunkan teman-teman yang masih terlelap untuk segera mandi dan mempersiapkan diri.

Empat taxi mengantar kami menuju Dermaga Muara Angke. Sebelumnya telah kutunjuk seorang di tiap taxi untuk menjadi leader perjalanan dan bertanggungjawab menjaga anggota rombongannya selama dalam perjalanan menuju Dermaga Muara Angke.

Pukul 06.30 kami tiba di Dermaga Muara Angke yang sudah dipadati oleh orang-orang yang juga akan berlibur ke kepulauan Seribu. Kuhubungi ABK kapal Dholpin yang akan menyeberangkan kami ke Pulau Pramuka. Hampir tiga jam perjalanan menggunakan kapal Dholpin akhirnya mengantarkan kami menuju tempat tujuan kami di Pulau Pramuka.

—–

Pulau Pramuka adalah salah satu dari ratusan pulau di Kepulauan Seribu yang menjadi tujuan wisata. Aku sengaja tak menggunakan jasa travel dalam perjalanan ini, selain untuk menghemat budget juga untuk belajar merancang trip sendiri. Sebelumnya, aku telah menghubungi pihak yang telah kukenal dari Elang Ekowisata untuk membantu menyediakan keperluan selama liburan kami.

Mas Agus sebagai guide yang akan memandu kami selama jelajah mengelilingi pulau sekitar sudah menunggu kami di Dermaga Pulau Pramuka. Perjalanan sekitar 3 jam di atas kapal membuat sebagian dari kami mabok laut dan kelelahan. Kami langsung menuju homestay untuk istirahat dan makan siang.

Makanan khas pulau yang sebagian besar didominasi seafood dipadukan dengan nyamannya homestay di pinggir laut  kembali me-refresh semangat kami.

IMG_6842

—–

“Byuurr….”

Satu dua orang mulai terjun ke laut. Kali ini kami menikmati indahnya alam bawah laut di laut kepulauan seribu. Sejak pertama kali menaiki kapal jelajah ini kulihat teman-teman excited dan happy sekali. Tak ada muram. Berfoto beragam gaya yang terkadang tak ada perubahan background sembari mengenakan safety jacket dan peralatan snorkeling seakan tak bosan-bosannya.

Pulau Pramuka sebagai pusat administrasi di Kepualauan Serbu menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan asal ibukota yang ingin menikmati indahnya laut biru. Sebagian besar ekosistem terumbu karang di sini masih layak untuk dijadikan tujuan wisata.

Pulau Air menjadi tujuan pertama kami. Mas Agus memberikan briefing singkat pengenalan dasar mengenai snorkeling. Maklum, karena sebagian besar kami baru pertama kami mencoba snorkeling. Pulau air sebenarnya cukup bagus dengan pasir putihnya yang menawan. Sayangnya, sampah dan perilaku wisatawan yang tidak bertanggungjawab membuat pulau ini kurang nyaman.

Usai berlatih di tempat yang dangkal, kami pindah ke spot snorkeling kedua. Masih di sekitar Pulau air namun dengan kondisi real ekosistem terumbu karang. Kedalaman laut di spot ini mencapai 5 meter sehingga baik untuk tumbuhnya terumbu karang.

Kulihat teman-teman antusias sekali menikmati berenang kesana kemari. Naik ke kapal dan kembali melompat. Sesekali ada yang merasakan masker atau snorkel- nya kemasukan air. Namun, itu tetap membuat kami ceria menikmati berenang di alam bebas.

Kami pindah ke spot snorkeling ketiga di area softcoral. Berbeda dengan tempat kedua, terumbu karang di sini didominasi oleh karang lunak bercabang. Mas Agus menemukan bintang laut dan memberikannya ke kami. Teman-teman antusias untuk berfoto dengan bintang laut. Sudah lebih dari tiga jam kami berada di atas laut, nampaknya tak sedikitpun terlihat lelah di wajah teman-teman.

Jelajah pulau hari itu kami tutup dengan berkunjung ke Penangkaran Hiu di Nusa Keramba sembari menikmati sang mentari yang siap kembali ke peraduannya. Banyak wisatawan yang memadati area melihat ikan hiu yang bergerak kesana kemari. Kamipun asyik menikmati suasana di tengah laut sembari berfoto bersama merekatkan kebersamaan di antara kami.

IMG_6399

—–

Seharian di tengah laut rupanya tak membuat semangat kami hilang. Selepas sholat isya kami mengadakan acara barbeque dengan ikan segar hasil tangkapan penduduk sekitar. Ikan baronang, bandeng laut, dan kakaktua menjadi hidangan lezat ikan bakar yang lahap kami santap bersama. Meskipun sebelumnya kami telah makan malam, tetapi ikan bakar sebanyak 4 kg ini habis kami lahap.

Usai menikmati ikan bakar beberapa teman yang kelelahan langsung beristirahat di homestay. Sebagian besar dari kami masih asyik menikmati kebersamaan dengan bermain games ‘warewolf’ bersama. Satu putaran, dua putaran sebagai ajang berlatih bagi para pemula. Permainan masih terus berlangsung. Hingga pukul 1.30 dini hari teman-teman masih asyik dengan permainan-nya yang kian seru.

Keseruan masih terus berlanjut lantaran ada pertandingan sepak bola yang sayang untuk dilewatkan. Aku sudah terlelap kala itu.

—–

Waktu subuh aku bangunkan teman-teman yang masih terlelap. Agenda pagi ini adalah berkeliling pulau pramuka dan mengunjungi penangkaran penyu. Semalam aku minta pihak catering untuk mengantarkan makanan lebih pagi. Sayangnya pagi itu cuaca tak bersahabat. Hujan membuat kami lebih nyaman untuk berdiam diri di homestay.

Sekitar pukul 08.00 pagi, kami memulai jalan-jalan mengelilingi Pulau Pramuka. Pulau ini tidak begitu besar sehingga bisa kami kelilingi dengan berjalan kaki. Kami asyik mengabadikan foto di setiap momen yang tercipta.

Kami tiba di penangkaran penyu yang dikelola oleh Taman Nasional Kepulauan Seribu. Meski tanpa guide, tempat ini cukup familiar bagiku. Apalagi aku pernah mengikuti pelatihan tentang penyu sehingga banyak tahu mengenai penyu.

Usai menikmati perjalanan berkeliling pulau, kami kembali ke homestay untuk packing dan persiapan pulang.

IMG_6742

—–

Kami tiba di Depok pukul 18.00 WIB. Perjalanan panjang dua hari ini membuat kami lebih dekat satu sama lain. Sepanjang perjalanan di kapal, teman-teman masih asyik bermain ‘truth or dare’. Bahkan beberapa jam setelah tiba di pondokan, teman-teman masih asyik memperbincangkan pengalaman yang baru saja kami lalui bersama. Perjalanan liburan yang tak pernah kami lupakan. (b5)

Nb : terima kasih untuk MAB yang telah membuat trip terealisasi dan berkesan. 🙂

IMG_6738

Yayasan Mata Air Biru: Pengelola Dana Abadi FT UI (Majalah Alumni UI Edisi no. 14)

11141151_272980846205978_7428491785872511454_n 11391115_272980882872641_6020859983449390757_n 11209566_272980939539302_5625643253247613451_n

Yayasan MAB sebagai pengelola Dana Abadi FTUI diliput oleh Majalah Alumni UI Edisi 14 yang bertemakan tentan Dana Abadi. Berikut versi lengkap artikelnya. Selamat Membaca 🙂

——

 

Bertepatan dengan 50 tahun FT UI pada tahun 2014 lalu, ILUNI FTUI yang diketuai Prof. Dr.-Ing. Ir. Kalamullah Ramli, M.Eng., mencanangkan Program Dana Abadi (endowment fund) yang akan dikelola oleh alumni. Pertanyaan berikutnya adalah pihak mana yang akan mendapat kepercayaan untuk mengelola dana yang tidak sedikit itu secara transparan dan berkesinambungan. Adalah Dekan FTUI, Prof. Dr. Ir. Dedi Priadi, DEA, yang mengusulkan pengelolaan dana abadi ini diserahkan kepada Yayasan Mata Air Biru (YMAB) yang sudah mempunyai track record cukup panjang dan terbukti eksis selama sebelas tahun, dan secara konsisten telah memberikan kontribusinya bagi sivitas akademika FTUI.

***

YMAB adalah sebuah yayasan yang digagas oleh para alumni FTUI dan disahkan berdasarkan Akta Notaris pada 30 September 2003. “Pada saat itu sebetulnya banyak alumni yang ingin memberikan bantuannya kepada para mahasiswa FTUI, misalnya saat diadakan reuni angkatan, mereka mengumpulkan dana untuk beasiswa. Tetapi kegiatan seperti itu bersifat sporadis dan sesaat. Maka didirikanlah yayasan ini sebagai wadah resmi untuk memberikan beasiswa, tidak hanya untuk mahasiswa FTUI, tetapi juga untuk putra-putri karyawan FTUI dan putra-putri Alumni yang membutuhkan”, ungkap Hamdion Nizar, Alumni Elektro 76, salah seorang Pendiri dan Pembina YMAB.

Program Beasiswa yang dirancang di masa awal pendiriannya adalah Beasiswa Reguler, dan Beasiswa Skripsi. “Saat peluncuran Yayasan ini di tahun 2003, kami memberikan 7 beasiswa untuk mahasiswa, anak alumni, anak karyawan, serta tanda cinta kasih untuk pengabdian kepada dosen kami Prof. Sidharta,” ungkap Sri Dijan Tjahjati, ketua YMAB, Alumni Sipil 79. “Sampai akhir tahun 2014, sudah lebih dari 500 Beasiswa Reguler dan Beasiswa Skripsi yang dikucurkan dengan nilai lebih dari 450 juta rupiah”.

Bentuk beasiswa reguler saat itu berupa uang tunai untuk satu semester. Mahasiswa idealnya hanya menerima satu kali, tetapi tidak menutup kemungkinan dia mengajukan permohonan kembali di semester berikutnya bila memang masih dibutuhkan. Agar penerima tepat sasaran, seleksi dilakukan atas kerjasama dengan BEM Bidang SosMa dan pihak Dekanat FTUI. “Beasiswa reguler diberikan dengan melihat latar belakang penerima, bukan dari sisi akademiknya, karena mahasiswa yang pintar tentu mudah memperoleh beasiswa dibandingkan mahasiswa biasa, padahal merekapun mempunyai kemauan yang sama untuk kuliah. “Beasiswa bagi anak karyawan, dilihat dari kinerja orangtuanya, yang diseleksi oleh pihak Dekanat,” jelas Sekretaris YMAB, Tin Nizar yang Alumni Elektro 79.

YMAB yang selalu menjaga hubungan baik dengan pihak Dekanat, mendapat masukan bahwa di kalangan mahasiswa ada kebutuhan tempat tinggal gratis. Maka di tahun 2004 YMAB mulai menyewa rumah di sekitar Kampus UI dan mahasiswa boleh tinggal di sana tanpa dipungut bayaran. Program yang dinamakan Pondokan MAB ini, ditujukan bagi mahasiswa baru yang berasal dari luar Jabodetabek. Mereka boleh tinggal di pondokan maksimal dua tahun karena diharapkan setelah tingkat tiga mereka sudah dapat survive. Di tahun 2006 program ini dikembangkan untuk dapat menampung mahasiswi. Pada saat ini daya tampung pondokan adalah 20 mahasiswa (16 putra + 4 putri).

YMAB yang menyadari bahwa kita tidak dapat hanya mengandalkan donasi dari para alumni saja, memandang perlu adanya suatu unit usaha yang dapat menjadi sumber dana rutin bagi yayasan. Maka pada tahun 2006 YMAB bekerjasama dengan BTA Group membentuk satu unit usaha bimbingan belajar yang disebut BTA MAB, berlokasi di Jl. Siliwangi, Depok. Dalam tiga tahun terakhir, unit usaha ini sudah berkembang pesat dan mampu memberikan pemasukan + 40 juta per-tahun.

Di tahun 2009, YMAB mulai melakukan pendekatan pada para alumni yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar atau BUMN. Dengan dukungan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), PT Aplikanusa Lintasarta dan Kepengurusan ILUNI FTUI periode 2008-2011, YMAB meluncurkan Program Beasiswa Prestasi, yang diberikan kepada mahasiswa tingkat 2 dengan prestasi akademik (IPK min 3.00) dan berlanjut sampai mereka menyelesaikan studinya di semester 8. Bahkan ada mahasiswa penerima Beasiswa Prestasi yang mengambil Progam Fast Track (Program Pendidikan Terintegrasi S1 dan S2 dalam total durasi 5 tahun) dan tetap diberikan Beasiswa Prestasi sampai mereka menyelesaikan S2 di semester 10. Kepengurusan ILUNI FTUI mendukung program ini dengan menyelenggarakan turnamen golf di mana para alumni dan mitra bisnisnya dapat mengikuti turnamen sambil beramal.

Kontribusi YMAB tidak hanya dalam bentuk pemberian beasiswa tetapi juga mendukung kegiatan mahasiswa FT UI terutama yang bersifat ilmiah, seperti Kontes Robot Indonesia dan Shell Eco Marathon di Sepang, Malaysia. YMAB juga memberikan beberapa sarana pendukung seperti AC untuk ruang BEM FTUI dan lemari charger ponsel gratis yang ditempatkan di lobi FTUI di mana mahasiswa dapat mengisi daya untuk laptop atau ponselnya. Di tahun 2011, YMAB bekerjasama dengan PT Sidomuncul mengadakan kegiatan bakti sosial untuk masyarakat Depok dan sekitarnya dalam bentuk operasi katarak gratis. Berkat dukungan pihak Rektorat UI, pemeriksaan awal calon peserta program diadakan di Gedung Perpustakaan Terapung UI. Ada sekitar 180 orang yang diperiksa, dan 100 orang diantaranya memenuhi syarat dan berhasil menjalani operasi katarak gratis. (Vero)

 

Oase di Padang Tandus Intelektualitas

IMG_9689

“Dan kelak, suatu hari, aku ingin mengajakmu untuk kembali ke oase itu; berpulang ke Mata Air Biru FTUI, mengulang kembali senyuman dan kebersamaan itu, lalu bercerita tentang masa lalu, atau perjalananmu sendiri yang seru, serta hal-hal apa saja yang kita sukai”

Mata Air Biru adalah oase. Ialah muara dari setiap air jernih mengalir yang sengaja Tuhan hadirkan dari sebaik-baiknya tempat teruntuk para musafir ilmu, di tengah gersangnya padang pasir dan ancaman fatamorgana. Perjalanan para musafir, mahasiswa FTUI, demi menimba sebutir ilmu jelaslah tidak mudah, langkah setapak demi setapak kamu langkahi begitu lunglai jika tak ada air, dan selalu berharap ujung nanti itu adalah kebahagiaan. Sebulir air dari oase sangatlah berharga di perjalanan, tetesannya mampu meneguhkan keyakinan untuk terus hidup dan berjalan, dan begitulah ia membuat makna.

Mata Air Biru adalah sebuah proses. Ia menjernihkan dengan membuat kita terus mencari cara, bangkit dari kesulitan yang dihadapi, karena kita selalu tahu perjalanan di padang tandus ini masih terlampau jauh untuk menuju ke pusat kota yang ramai, yang menjadi sebenar-benarnya hidup dan telah menanti di depan horizon kelak. Proses menjadikan antelop berhasil mendaki gunung terjal, dan menguatkan unta mendegumkan tapalnya pada pasir, dan seperti itulah kamu terus berproses. Kita tidak diajarkan untuk mengendap di oase, kita mesti terus mencari tahu, berkembang. Yang kamu butuhkan hanyalah dorongan kecil untuk yakin dan mampu terbang. Mencari apa yang bisa kita lakukan, bukan sekadar yang kita keluhkan.

Mata Air Biru adalah sebuah simpul. Berbahagialah mereka yang pernah bermuara di oase ini. Oase yang menjadi pelepas dahaga, yang mempertemukan keluarga, tanpa mengenal asal daerah, agama, yang muda dan tua, menjadi sebuah naungan belajar bersama, tidak hanya soal intelektual, tetapi juga kehidupan mendewasakan diri yang sebaik-baiknya.

Di Mata Air Biru, kita jadi benar-benar tahu bahwa saat kita hidup dan berjalan di padang tandus ini, kita tidak pernah sendirian. Seluruh pejuang dan musafir ilmu berkumpul tidak sekadar menumpang minum, bahkan lebih dari itu— kita menjalin ikatan persaudaraan. Tentulah, oase itu bukanlah akhir perjalanan, dan di titik tertentu, pastilah kita mesti melanjutkan pijakan, menuju perpisahan dan pada langkah-langkah berikutnya. Kita mesti menjalani hidup berikutnya, tidak terlena, menemui dahaga lainnya yang tidak pernah berhenti untuk selalu saja mendewasakan kita.

Dan kelak, suatu hari, aku ingin mengajakmu untuk kembali ke oase itu; berpulang ke Mata Air Biru FTUI, mengulang kembali senyuman dan kebersamaan itu, lalu bercerita tentang masa lalu, atau perjalananmu sendiri yang seru, serta hal-hal apa saja yang kita sukai.

Mushab Abdu Asy Syahid, Mahasiswa Arsitektur FTUI 2011, Penghuni Pondokan Mata Air Biru tahun 2011-2013. Sempat menjadi Ketua Komunitas Pondokan MAB.

Dulu di Pondokan ini…

 

Dulu…

Pertama kali aku masuk ke tempat ini – yang menjadi tempat istirahat dan berkarya selama menempuh pendidikan S1ku – yang kuingat adalah tempat yang nyaman untuk ditinggali. Meski aku awalnya tak tahu siapa ‘mereka’ yang berbaik hati menyediakan ini semua?

Kami tinggal bertiga dalam satu rumah kecil dengan satu kamar. Tempatku tinggal di paling depan. Terlihat paling rapi dan nyaman untuk ditempati. Sebagai mahasiswa paling muda, aku sadar betul bagaimana peranku. Namun, aku belajar banyak dari kakak-kakak yang tinggal bersamaku. Mereka kuanggap layaknya keluarga.

Meski kami punya kesibukan masing-masing, jadwal yang berbeda satu sama lain, namun selalu kami sempatkan waktu untuk rumah kami tercinta ini. Di tiap pekannya ada jadwal piket yang tersusun rapi, sederhana dan jelas. Tak perlu ‘bentakan’ atau suruhan untuk mengerjakan itu semua, cukup kesadaran dari diri kami masing-masing.

Ada satu hal yang kurindu, biasanya kami memasak saat makan malam. Ada giliran siapa yang memasak. Tak perlu saling sungkan tawar dan meminta dibuatkan makanan, kami sudah seperti layaknya keluarga. Peran kami jelas, ego itu seperti sudah terhilangkan. Aku belajar hidup bersama layaknya sebuah keluarga.

Di rumah lain, meski hanya sepekan sekali kami bertemu saat bahasa inggris, tetapi cukup menambah kekompakan dan kedekatan kami. Tak perlu waktu lama untuk menentukan kumpul bersama, meski saat itu belum ada group yang mengakomodir semua anggota. Kacang rebus menjadi hidangan yang cukup nikmat sembari mendengarkan cerita dan pengalaman masing-masing.

Dan prestasi sebagai capaian juga tak lupa kami sematkan diakhir perjumpaan menjelang libur akhir semester. Aku belajar dari mereka. Kami sadar betul, meski hidup kami pas-pasan, tetapi jalan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti terbuka lebar. Beberapa diantara kami mengajar untuk mendapatkan uang tambahan. Beasiswa masih sangat jarang dan susah. Lomba menjadi andalan mendapatkan uang tambahan.

Beberapa waktu, aku melihat ada kiriman berbagai perlengkapan pondokan mulai dari sabun hingga kipas angin. Meski aku belum tahu siapa yang mengirim itu.

Cukuplah rasa syukur dengan menjaga tempat ini. Menjaga kebersihannya, kenyamanan tempatnya, hingga torehan prestasi yang harus kami capai. Bukan untuk siapa-siapa, untuk diri kami sendiri, untuk mereka yang telah menyediakan ini semua, untuk adik-adik kami yang nanti akan menempati tempat ini setelah kami, sebagai rasa syukur dan terima kasih kami yang tak cukup membayar ini semua…

Untuk mereka yang telah menyediakan ini semua untuk kami, tanpa kenal pamrih…

11 Mei 2015,

Pondokan MAB

 

Catatan : Mengenang kisah kehidupan di Pondokan MAB tahun 2009-2010.

Leaders : Menyatukan Keberagaman

“Setiap leaders memiliki caranya tersendiri untuk membuktikan dirinya seorang leaders…”

Karakter manusia itu beragam satu sama lain. Unik dan memiliki ciri khas masing-masing. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang berbeda-beda dalam memahami tiap karakter tersebut. Itulah tugas seorang leaders, menyatukan keberagaman. Namun dengan caranya sendiri, dengan pendekatan yang iya yakini.

Sebulan yang lalu, ketika dihadapkan pada kenyataan penyatuan Pondokan MAB dari tempat yang lama, dimana hanya diisi oleh 2-3 penghuni tiap rumah menjadi Pondokan MAB yang baru dengan diisi oleh sekitar 11 penghuni dalam satu rumah, saya mencoba belajar bagaimana menjadi leaders diantara mereka dengan pendekatan sesuai karakter masing-masing.

Awalnya, penyatuan itu tidaklah mudah. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bila sebelumnya para penghuni pondokan ini hanya perlu beradaptasi dengan 1 atau 2 orang yang akan tinggal bersama dalam periode tertentu, maka kini mereka perlu usaha lebih keras untuk beradaptasi memahami karakter lebih dari 5 orang penghuni yang akan tinggal bersama di satu rumah. Terlebih, beragamnya jurusan dan angkatan, membuat proses adaptasi mungkin berjalan lebih lambat.

Disini, seorang leaders harus mampu menunjukkan perannya. Mengambil keputusan-keputusan yang dianggap perlu agar proses adaptasi di lingkungan yang baru berjalan lebih cepat. Pekan pertama, saya mencoba membuat koridor untuk menyamakan ritme habit masing-masing sehingga mudah di kontrol, meskipun begitu fleksibilitas dan ketidak-kaku-an dalam pelaksaan tetap diperlukan. Adanya seorang kepala rumah tangga membantu saya mengontrol keadaan rumah dan aktivitas para penghuni rumah. Jadwal piket, rules kerapihan hingga punishment demi terciptanya kenyamanan segera dibuat.

Pendekatan dilakukan dengan beragam cara sesuai karakter masing-masing. Mulai dari bentuk apresiasi, ajakan halus hingga forcing pun dilakukan. Apresiasi menjadi nilai utama yang selalu saya utamakan. Hal ini membuat mereka senantiasa belajar berterima kasih atas apa yang telah mereka lakukan.

Kini, sebulan telah berlalu. Setidaknya dari observasi, saya melihat ada tiga hal yang bisa saya simpulkan tentang karakter mereka. Pertama tipe peduli dan mempunyai sense of belonging yang tinggi terhadap pondokan. Merekalah sebenarnya yang bisa diandalkan dalam membuat Pondokan menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali. Siap berkorban dan melakukan apapun demi terciptanya pondokan yang aman, tenang, bersih dan nyaman.

Kedua tipe pondokan sebagai singgah. Tipe kedua ini bisa dibilang sangat jarang berada di pondokan, lebih senang di luar. Mereka menjadikan pondokan hanya sebagai tempat tidur, aktifitas utamanya berada di luar pondokan. Entah apa yang dikerjakan. Hal ini pula yang membuat tipe ini memiliki interaksi yang jarang dengan penghuni lainnya. Tipe ini tidak peduli dengan apa yang terjadi di Pondokan. Terkadang, tipe ini bisa disebabkan karena ketidakcocokan atau ketidaknyamanan dengan penghuni pondokan lainnya.

Ketiga tipe tidak enak-an. Tipe ini bisa saja muncul karena senioritas, merasa kita seorang junior sehingga tidak berani untuk minta tolong dengan penghuni lainnya yang senior. Sebenarnya, tipe ini bisa dihilangkan ketika kehidupan di Pondokan telah melebur seperti layaknya keluarga. Sayangnya, butuh waktu yang terkadang lama untuk menghadirkan hal tersebut.

—–

Menjadi seorang leaders berarti siap untuk belajar banyak hal. Leaders bukanlah bakat, tetapi dilahirkan dari proses pembelajaran yang panjang. Siapapun bisa menjadi seorang leaders, asal ada kemauan dan tekad yang kuat untuk belajar.

Kita semua pada dasarnya adalah seorang leaders, terutama untuk diri kita sendiri. Dari Pondokan MAB ini, saya belajar menjadi seorang leaders yang mengayomi, memimpin, mendengarkan, menghargai, dan menjadi bagian dari mereka seperti layaknya keluarga.

Maka, bagi seorang leaders tentu memiliki pendekatan masing-masing untuk menyatukan keberagaman yang dihadapi dari anggotanya. Pendekatan personal, mulai dari cara yang lembut hingga keras. Tipe leaders yang manakah kamu?

Penulis : Bambang Sutrisno

 

Pondokan MAB Putra Menempati Rumah Baru di Puri Kukusan Teknik

Rumah Inspirasi MAB

Pondokan MAB Putra Menempati Rumah Baru di Puri Kukusan Teknik

Depok, Pondokan MAB putra menempati rumah baru di Puri Kukusan. Setelah selama hampir 10 tahun menempati tiga buah rumah di depan Masjid Al-furqon, Pondokan MAB untuk mahasiswa putra kini menempati sebuah rumah yang terletak di Komplek Puri Kukusan. Pondokan MAB merupakan sebuah program beasiswa yang diberikan oleh Yayasan MAB berupa bantuan tempat tinggal dan program pengembangan diri bagi mahasiswa FTUI asal daerah. Saat ini, ada 16 penerima beasiswa pondokan MAB yang terdiri dari 12 putra dan 4 putri.

Apakah kamu berminat menjadi bagian dari kami? Tetap update dengan kami ya untuk info perekrutan berikutnya.

Masih Yakin Ilmu Mendalam lebih Penting?

Oleh Siti Awaliyatul Fajriyah, Arsitektur 2012, Pondokan MAB

Selama ini saya merasa, bahwa ilmu mendalam lebih penting dari ilmu yang meluas. Namun saya rasa anggapan ini terlalu egois bagi seorang manusia yang sebenarnya jauh dari kata “mengetahui”. Saya semakin yakin bahwa anggapan itu salah setelah mendengarkan sebuah  posting di soundcloud.com milik akun atas nama Sabda PS yang berjudul Three Kinds of Knowledge.

Setiap manusia yang ingin berkembang, wajib memiliki 3 pengetahuan yang ketiganya harus berimbang. Ketiga pengetahuan tersebut adalah pengetahuan dasar, pengetahuan istimewa dan pengetahuan menyeluruh. Tidak ada yang lebih penting dari ketiga jenis pengetahuan tersebut karena semuanya sama penting.

Pengetahuan dasar harus dikuasai terlebih dahulu oleh seseorang sebelum orang tersebut mampu menguasai pengetahuan yang lainnya. Pengetahuan dasar yang pertama ialah matematika, tetapi bukan matematika yang kita anggap dalam kehidupan sehari-hari. Memang betul hitung-hitungan sederhana sangat diperlukan untuk sekedar menghitung berapa rupiah yang harus kita bayar untuk membeli 5 bungkus permen. Namun lebih jauh dari itu. Dalam matematika, kita mempelajari struktur dan logika pemikiran yang konsisten dan terintegrasi sehingga kita terbiasa berpikir runut. Dengan begitu kita tidak mudah terombang-ambing dalam alam pikiran kita sendiri.

Pengetahuan dasar yang kedua ialah logika. Dengan kemampuan logika yang baik, kita dapat memahami hubungan antara satu kasus dengan kasus lainnya secara jernih, karena ketika kita salah memahami hubungan antarkasus dengan baik, solusi yang dihasilkanpun memiliki kemungkinan tidak tepat yang cukup besar. Logika ini akan membantu kita dalam mengurai masalah-masalah rumit menjadi simpul-simpul sederhana.

Pengetahuan dasar selanjutnya ialah pengetahuan bahasa atau verbal. Hal ini akan membantu kita berkomunikasi dengan orang lain, menyampaikan pemikiran dengan bahasa yang lebih terstruktur dan kosakata yang luas. Informasi-informasi akan ditransmisikan dengan cepat dan tepat jika kita menggunakan teknik komunikasi yang tepat pula. Dengan begitu kita tidak akan terkendala dalam masalah teknis penyampaian.

Salah satu pengetahuan dasar yang terpenting adalah kemampuan untuk mengembangkan diri. Dengan mengetahui cara-cara pengembangan diri apa yang cocok dengan kita, kita akan mengetahui taktik yang tepat agar tidak bosan dalam sebuah pekerjaan. Selain itu kita juga akan bekerja dengan efektif jika kita sudah mengetahui betul seperti apa cara kerja yang cocok untuk kita.

Setelah pengetahuan dasar kita kuasai, kita harus memiliki pengetahuan istimewa atau mendalam. Pengetahuan istimewa ini sangat berguna saat kita terjun ke masyarakat karena setiap manusia diciptakan untuk mengisi setiap slot kontribusi yang berbeda-beda di masyarakat. Pengetahuan istimewa ini juga memiliki kemungkinan untuk menjadi sumber pendapatan finansial kita, tergantung kita mengarahkannya kesana atau tidak. Hal ini yang akan membuat kita menjadi seseorang yang unik dan dibutuhkan. Tanpa keistimewaan, kita tidak dapat mengaktualisasikan diri kita sebagaimana yang dikemukakan dalam Teori Maslow, bahwa aktualisasi diri adalah tingkatan tertinggi dalam pencapaian hidup manusia.

Pengetahuan terakhir yang perlu kita miliki ialah pengetahuan menyeluruh mengenai kehidupan. Kita dituntut untuk memahami kehidupan dari berbagai aspek, bukan berarti hanya mengetahui kulitnya saja, justru kita mengetahui esensi-esensi dari setiap aspek. Jika pengetahuan istimewa menuntut kita untuk memahami sesuatu secara mendetail, pengetahuan menyeluruh menuntut kita untuk memahami sesuatu dasarnya saja.

Jadi ketika kita membaca koran, misalnya, kita cenderung membaca artikel yang menarik atau yang berkaitan dengan bidang kita saja. Hal tersebut justru membuat kita seperti memakai kacamata kuda dan membuat kita buta akan bidang-bidang lain. Padahal kita tahu, bidang-bidang kehidupan tidak dapat berdiri sendiri. Atau jika kita membaca seluruh informasi di koran itu, informasi yang diberikan kita tangkap secara terpisah-pisah, bukan? Pengetahuan menyeluruh akan membantu kita memaknai kehidupan secara utuh karena dengannya kita mampu menyintesis informasi-informasi yang kita peroleh sehingga kita mampu menentukan langkah dan opini kita mengenai sebuah isu.

—–

Penulis : Siti Awaliyatul Fajriyah, Mahasiswi jurusan Arsitektur angkatan 2012. Awa, panggilan akrabnya adalah mahasiswa yang aktif dan senang terlibat dalam gerakan kepemudaan dan masyarakat. Saat ini ia dipercaya sebagai ketua E-CORP FTUI, sebuah ukm tingkat fakultas berupa koperasi mahasiswa. Tulisan ini adalah salah satu hasil pemikirannya saat mengikuti pelatihan K2N UI tahun 2015 ini. Ia memiliki keinginan kuat untuk tergabung dalam program K2N tahun ini sebagai salah satu wujud pengabdiannya bagi masyarakat di Siak, Riau.

Menjadi Inovator Sosial sebagai Upaya Pemerataan Kesejahteraan

“Pembangunan desa tidaklah memimpikan desa menjadi kota.” – M. Arifin Purwakananta

Jati diri Indonesia adalah jadi diri pedesaan. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah karena masyarakat desanya yang ramah. Indonesia dikenal sebagai negeri yang subur makmur karena alam pedesaannya yang sangat kaya. Begitulah Indonesia di mata dunia. Namun, mengapa rakyat Indonesia berbondong-bondong pergi ke kota? Hidup di desa lebih menenteramkan, bukan?

Dalam materi pembekalan K2N UI 2015 pada hari Sabtu, 25 April 2015 yang diisi oleh Bapak  M. Arifin Purwakananta, calon peserta mendapatkan pencerahan mengenai inovasi sosial. Istilah inovasi sosial ini sudah marak dibicarakan di negara-negara maju, misalnya Amerika. Di Indonesia sendiri, sering disamakan dengan intervensi sosial. Bedanya, pada intervensi sosial, penggeraknya berada di luar masyarakat sosial yang dimaksud. Sedangkan dalam inovasi soisal, penggerak berada di dalam (menjadi bagian) dari masyarakat itu sendiri. Para peserta K2N, dimanapun ia ditempatkan, diharapkan ia menjadi inovator sosial yang menjadikan gagasannya gagasan bersama, bukan lagi menyebutnya sebagai “gagasan saya”.

Tujuan utama inovasi sosial ialah memberdayakan masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan yang saat ini cenderung menjadi komunitas yang kurang berkembang dibanding penduduk kota. Sebuah masyarakat dapat berdaya secara maksimal jika desa tersebut memiliki tiga matra pemberdayaan. Tiga matra tersebut ialah ketersediaan akses, pertumbuhan serta keadilan sosial.

Terdapat tiga unsur ketersediaan akses yang harus dipenuhi, mulai dari ketersediaan akses untuk memenuhi kebutuhan dasarnya berupa pangan, sandang dan papan untuk menjamin keberlangsungan hidupnya. Setelah memiliki akses untuk memenuhi kebutuhan dasar, masyarakatpun harus memiliki akses untuk berkembang. Akses ini dapat berupa pendidikan dan ketersediaan informasi. Elemen yang ketiga adalah ketersediaan akses dalam keadaan darurat, maksudnya adalah jaminan hidup atas keadaan-keadaan darurat.

Menurut pendapat saya, masyarakat Riau, khususnya Kabupaten Siak dan sekitarnya memiliki keterbatasan dalam akses keadaan darurat. Hal ini ditunjukkan dengan seringnya kebakaran hutan yang menyebabkan polusi udara yang sangat meresahkan warga. Hal ini menjadi kendala yang secara langsung menghambat pengembangan wilayah tersebut.

Pertumbuhan sosial di kawasan ini cukup baik dilihat dari pendapatan warganya yang memasuki kelas menengah dan sedikit yang ada di kelas bawah.  Yang patut disayangkan ialah, pertumbuhan ini masih dijalankan individu per individu sehingga belum mewakili pertumbuhan kawasan. Pertumbuhan kawasan yang diharapkan ialah munculnya produk-produk lokal yang layak dipasarkan secara nasional bahkan internasional dengan menjunjung tinggi kekhasan daerahnya. Sebuah daerah menjadi hebat dalam ekonomi jika ia memiliki fokus pada produk lokal yang hendak dibawanya ke dunia internasional. Kita dapat melihat bagaimana Cibaduyut besar dengan produk sepatunya serta Jepara dengan ukiran kayu jatinya. Riau akan menjadi provinsi yang luar biasa jika kita mampu memunculkan nilai-nilai kearifan lokal miliknya.

Mitra terakhir dalam pemberdayaan pedesaan ialah keadilan sosial yang menjamin kerja sama antar elemen masyarakat. Keadilan sosial yang pertama ialah kebijakan dari atas ke bawah yang  berangkat dari kepribadian masyarakat itu sendiri sehingga kebijakan tersebut bukanlah sebuah paksaan.

—–

Penulis : Siti Awaliyatul Fajriyah, Mahasiswi jurusan Arsitektur angkatan 2012. Awa, panggilan akrabnya adalah mahasiswa yang aktif dan senang terlibat dalam gerakan kepemudaan dan masyarakat. Saat ini ia dipercaya sebagai ketua E-CORP FTUI, sebuah ukm tingkat fakultas berupa koperasi mahasiswa. Tulisan ini adalah salah satu hasil pemikirannya saat mengikuti pelatihan K2N UI tahun 2015 ini. Ia memiliki keinginan kuat untuk tergabung dalam program K2N tahun ini sebagai salah satu wujud pengabdiannya bagi masyarakat di Siak, Riau.