Category : Pondokan MAB

Home»Archive by Category "Pondokan MAB" (Page 4)

Mozaik Kehidupan di Asrama MAB

Kehidupan di asrama beasiswa mab

Kehidupan berasrama memang mengandung banyak cerita. Mulai dari cerita lucu, asik, menegangkan, hingga yang sedih.

Semua cerita itu menambah warna pada keseharian seorang anak asrama, bagai kepingan warna-warni yang menjadikan jendela mozaik terlihat indah dan megah disandingkan dengan kesunyian gedung-gedung tua eropa.

Sebagai anak perantauan yang tinggal serumah dengan anak perantauan lainnya, aku banyak terpapar kejadian-kejadian yang sukses menghiasi hari-hari kuliah yang lumayan membosankan. Bagaimana tidak membosankan, perjalanan kuliah dari rumah melalui jalan yang selalu sama setiap harinya, begitu juga jalan pulang. Datar. Bosan. Namun, keberadaan anak-anak perantauan lainnya di rumah menjadikan kebosanan itu sedikit terobati.

Dalam satu rumah, kami ada delapan orang plus satu orang pembina. Sembilan kepala dalam satu rumah artinya ada sembilan kepentingan dengan tujuan berbeda dalam satu atap. Ramai. Rentan akan terjadinya konflik. Namun seperti kata orang bijak, “Tanpa konflik, hidup tidak akan terasa hidup”. Konfliklah yang menjadi bumbu dalam kehidupan. Ibarat garam, masakan tanpa keberadaannya akan terasa hambar. Konflik dibutuhkan dalam hidup seperti garam dibutuhkan dalam makanan. Namun tujuan kita bukanlah mencari atau membuat-buat konflik. Yang harus kita lakukan adalah memanfaatkan konflik untuk menjadi yang lebih baik di masa mendatang.

Jika anak kos pada umumnya tinggal sendiri dalam satu kamar, dalam satu rumah kami tidur berempat dalam satu kamar. Empat orang dalam satu kamar menjadikan diferensial perbedaan-perbedaan yang sangat banyak. Mulai dari empat waktu tidur yang berbeda, empat kebiasaan tidur yang berbeda, empat tingkat kesulitan bangun tidur yang berbeda, serta yang paling pasti adalah empat dering alarm yang berbeda-beda kebisingannya. Hahaha. Yap, pada jam-jam tertentu di pagi buta, biasanya akan ada saja dering alarm yang menghiasi tidur kami diatas jam tiga pagi. Alasannya beragam, mulai dari yang ingin bangun untuk tahajjud, bangun untuk belajar, sampai yang hanya menjadi dering penghias mimpi karena tidak cukup ampuh untuk membangunkan orang tersebut.

            Saat waktu Sholat Subuh tiba, salah satu dari kami yang paling rajin di rumah pasti akan terbangun dan mulai membangunkan yang lainnya. Membangunkan seluruh anggota rumah menjadi pekerjaan rumah yang cukup memakan tenaga. Karena tidak semua tidur dengan durasi yang sama. Ada yang sudah bangkit dari tidurnya, duduk di kasur sembari menunggu iqomah berkumandang, namun karena ada sesuatu yang menyebabkan otot-otot penyangga yang berada di punggungnya melemas hingga akhirnya dia jatuh dan kembali terlelap.

Setelah subuh, biasanya kita lanjutkan dengan membaca Al-Quran serta Hadist sebagai sarana recharge iman, kemudian dilanjutkan dengan sesi forum. Sesi forum isinya beragam, mulai dari pengumuman barang hilang, pengumuman kegiatan, permasalahan seputar pelaksaan piket yang tidak berjalan dengan semestinya, sampai ‘lelang’ piring kotor. Jika ada piring kotor yang tidak dicuci pada tempat cuci piring, maka piring tersebut akan dilelang sampai diakhiri dengan ada yang mengakui, atau lebih seringnya sampai si petugas piket yang urusan mencuci mau mengambil alih piring tersebut. Begitulah, forumnya fleksibel, tidak seperti forum rapat anggota BPUPKI ketika merumuskan Pancasila atau forum-forum menegangkan serta membosankan lainnya.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, kami semua adalah anak-anak perantauan. Ada dua orang yang dari Sulawesi, satu orang dari Kalimantan, empat orang dari Jawa, serta dua orang dari Sumatera. Beragam, beragam bahasa daerah, beragam budaya daerah, beragam logat yang menghiasi percakapan sehari-hari di rumah. Bahasa daerah sering tercampur dengan bahasa sehari-hari, sehingga cukup sering “itu artinya apa sih?”, “maksudnya apa sih?”, dan “jangan pakai bahasa daerah dong!” terucap ketika di rumah. Cukup bisa membuat terhibur ketika salah seorang dari kami kesulitan menjelaskan salah satu istilah dalam bahasa daerahnya ke dalam bahasa Indonesia.

Kehidupan di asrama beasiswa mab

Dengan banyaknya orang dalam satu rumah, maka akan ada banyak hobi-hobi yang dimiliki setiap orang. Ada yang hobinya olahraga, baca, nonton, main, diam (ya, hobinya berdiam diri), tidur, belajar, sampai yang hobi masak. Bukan masak air atau mie instant, namun masakan khas rumahan yang biasanya dimasak oleh ibu-ibu kita. Sehingga si tukang masak tersebut mendapat julukan mamak karena lihainya dia ketika memasak dan berbelanja sayur.

Kehidupan asrama memang menawarkan banyak hal. Ada begitu banyak hal yang bisa menghilangkan rasa bosan, serta menjadi penawar rasa galau akibat belum terjawabnya kisah cinta. Semua perbedaan hobi, asal daerah, tugas piket, kepentingan, sampai perbedaan dering alarm menjadi indah dibalut dengan krim manis yang lezat ditambah kepingan biskuit susu yang nikmat, eh maksudnya akan menjadi indah jika dibalut dengan rasa toleransi serta pengertian yang tinggi antar sesama anggota rumah.

Disinilah aku tinggal, dimana perbedaan membuat kita dekat, dan perbedaanlah yang menyatukan kita. MAB.~

 —-

Huzaifi mahasiswa teknik perkapalan 2015Cerita ini ditulis oleh :

Muhammad Hanzallah Huzaifi, Mahasiswa Teknik Perkapalan 2015 yang merupakan penerima Beasiswa MAB asal Medan.

Scholarship Sharing MAB : Australia Award Scholarship

Program MAB Sharing #1 di Pondokan MAB yang berlangsung pada Sabtu, 4 Maret 2017 membahas mengenai Scholarship Sharing : Australia Award Scholarship (AAS) dengan menghadirkan salah seorang penerima Beasiswa AAS tahun 2015 yaitu Trini Y. Pratiwi, mahasiswa Indonesia yang saat ini sedang menempuh pendidikan Master di bidang Applied Science Marine Environment di University of Tasmania, Tasmania Australia.

Sesi sharing berlangsung lancar tanpa kendala melalui sambungan video call via Skype Depok-Tasmania. Sesi dimulai dengan pemaparan informasi general mengenai beasiswa dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Beasiswa Australia Award Scholarship (AAS) adalah sebuah beasiswa dari pemerintah Australia yang diberikan kepada mahasiswa di lebih dari 193 negara di dunia untuk melanjutkan studinya di Australia. Hingga saat ini, AAS telah melahirkan sekitar 9000 awardee dari seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, beasiswa AAS menjadi salah satu beasiswa yang cukup popular. Beasiswa ini dibuka tiap tahun, biasanya rentang Februari hingga Juli. Kuota untuk pelajar Indonesia sendiri kisaran 200an yang diterima setiap tahunnya.

Penerima beasiswa akan mendapatkan bantuan untuk biaya kuliah, biaya hidup, asuransi, dan tiket PP, serta biaya tambahan seperti field research dan supporting allowance di tiap semesternya.

Selain sharing mengenai beasiswa, Mbak Trini juga menceritakan mengenai kehidupannya di Tasmania sebagai mahasiswa Indonesia di sana. Saat ini, Mbak Trini sedang menyelesaikan thesis akhirnya dan direncanakan akan kembali ke Indonesia setelah meraih gelar masternya pada Juli mendatang. Semoga diberikan kelancaran dalam pengerjaan Thesisnya ya Mbak Trini.

Sebelum menutup perjumpaan dalam sesi sharing, Mbak Trini menyampaikan closing statement untuk para penerima beasiswa MAB yang hadir saat itu.

“Tidak ada salahnya mencoba untuk apply beasiswa ini(AAS) dan beasiswa lainnya demi mewujudkan mimpi kita untuk bisa sekolah di luar negeri. Meskipun kuliah hanya 2 tahun di luar negeri, namun bisa mendapatkan pengalaman dan ilmu yang jauh luar biasa, networking yang tidak hanya dari satu negara, tetapi dari berbagai belahan dunia untuk membangun karir kita ke depannya.”

“Pastikan bila ingin kuliah di luar negeri, kita harus memetakan semua rencana kita dari sekarang. Jangan pantang menyerah dan terus percaya bahwa kalian bisa!”

Penerima Beasiswa MAB Mengikuti Pertukaran Pelajar di Malaysia

Salah satu penerima Beasiswa Pondokan MAB asal Pontianak Kalimatan Barat, Kukuh Lolana, Mahasiswi Teknik Industri angkatan 2014 terpilih mewakili UI dalam program pertukaran pelajar UI Creates yang berlangsung di University of Malaya, Malaysia. Program UI Creates Exchange Program di University of Malaya ini berlangsung selama 3 pekan pada 15 Januari hingga 4 Februari 2017.

UI Creates 2017 sendiri merupakan program pertukaran pelajar antara UI dan University of Malaya, Malaysia. Dari UI, ada 15 mahasiswa yang mengikuti program pertukaran selama 3 pekan ini. Selain itu, ada juga mahasiswa asal Korea Selatan dan Filipina yang turut serta dalam program tersebut.

Dengan mengikuti program pertukaran pelajar, mahasiswa selain mendapatkan pengalaman juga mendapatkan persepektif baru mengenai kehidupan pelajar dari negara lain. Berikut kesan dari Kukuh Lolana setelah mengikuti program pertukaran pelajar di Malaysia.

“It was something new for me to learn about Southeast Asia, smart wearable device, economic, new languages or history for 3 about weeks. I also meet other student from Korea, Malay, and Phillipines. Thanks UI for give me this opportunity. It made a best memories for this early year to me.”

Semoga semakin banyak penerima Beasiswa Pondokan MAB yang mengikuti jejak Lola ya. 🙂

Penerima Beasiswa MAB Lulus 3,5 Tahun dari FTUI

Depok (4/2), Universitas Indonesia kembali menggelar prosesi wisuda periode semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 bertempat di Balairung UI, Depok. Sebanyak 4,204 wisudawan yang terdiri dari jenjang D3-s3 mengikuti wisuda pada hari itu, yang dibagi menjadi dua sesi; pagi dan siang.

Salah satu penerima beasiswa Pondokan MAB yang berasal dari daerah Garut, Jawa Barat juga mengikuti wisuda peiode semester ganjil tersebut. Ia adalah Raja Fitrah Aulia, mahasiswa teknik perkapalan angkatan 2013. Raja berhasil menyelesaikan studinya dari teknik perkapalan UI yang ditempuhnya dalam kurun waktu 3,5 tahun.

Selama kuliah, Raja termasuk salah satu mahasiswa yang berprestasi dengan meraih 10 besar IPK tertinggi di angkatannya, juga beberapa kali mewakili UI dalam ajang perlombaan robotika.

Semoga semua ilmu yang telah dipelajari berkah dan bermanfaat bagi Nusa dan Bangsa, serta bisa terus menorehkan prestasi.

Selamat Raja! 🙂

“Happiness Project” di Lapak Sekolah Bersama oleh Penerima Beasiswa Pondokan MAB

Belajar Mengajar Lapak Sekolah Bersama

Jakarta, Sabtu (03/12) Para penerima Beasiswa Pondokan MAB melakukan aksi sosial bertajuk “Happiness Project” yang diadakan di Lapak Sekolah Bersama, sebuah rumah belajar bagi anak-anak pemulung di daerah Ragunan. Happiness Project adalah sebuah kegiatan yang diinisiasi oleh para penerima Beasiswa MAB untuk menumbuhkan rasa empati sosial kepada kelompok masyarakat yang membutuhkan. Melalui Happiness Project, para penerima Beasiswa Pondokan MAB diharapkan menjadi insan yang pandai bersyukur, memiliki rasa empati yang tinggi serta lebih semangat dalam menjalani kehidupan.

Pertama kali tiba, melihat kondisi Lapak Sekolah Bersama yang hanya sebuah ruang kecil di atas rumah, kami merasakan betapa ruang kotak kecil ini sedikit banyak telah memberikan kebermanfaatan sebagai ruang belajar bagi anak-anak pemulung di sini.

Sekitar 20 anak hadir pada sesi kami pagi itu. Mereka nampaknya telah belajar beragam hal dari Kakak-kakak pengajar yang telah lama menginisiasi program ini. Niat awal kami yang ingin mengajarkan seni melipat origami dan bernyanyi harus terhenti karena mereka ternyata sudah lebih pandai dari kami.

Ya, sejatinya memang kamilah yang banyak belajar dari mereka, anak-anak pemulung yang kelak akan memiliki masa depan yang juga akan cemerlang.

Karena berbagi tak pernah dilihat dari apa yang diberikan, pagi itu dengan donat dan permen yang kami bawa, keceriaan di antara kami tercipta. Perbincangan mengenai tata surya menjadi hal yang menarik untuk diceritakan kepada mereka. Hingga akhirnya, waktu jua yang memisahkan perjumpaan kami di sesi pagi itu.

Kami belajar arti pengabdian dari Kakak-kakak pengajar yang setiap Sabtu dan Minggu meluangkan waktu untuk membersamai adik-adik di sana, bukan sekali dua kali mereka ada. Hampir di tiap akhir pekan mereka tak pernah absen.

Untuk memulai kebaikan, selain tekad yang kuat diperlukan konsistensi untuk menjalaninya, seperti Kakak-kakak pengajar Lapak Sekolah Bersama yang hingga kini masih konsisten untuk membersamai Lapak Sekolah Bersama.

Aktivitas Sharing di ruang belajar

Bersama Kakak Pengajar Lapak Sekolah Bersama

Dibuka Pendaftaran Program Orde Insani

Pendaftaran Orde Insani 2017

Kamu mahasiswa Tingkat 3 dan 4 Fakultas Teknik UI?

Prepare yourself to become Indonesian Future Leader!

Orde Insani adalah program membangun “Self growth engine” untuk mencapai mastery bagi mahasiswa tingkat akhir, dilanjutkan menjadi bagian komunitas mastery yang mempersiapkan menjadi professional/entrepreneur unggul dan memimpin Indonesia masa depan

Apa yang akan kamu dapatkan?

  1. Bertemu dengan CEO, entrepreneur dan pakar dari berbagai bidang industry
  2. Memiliki bekal bersaing menjadi top performer di dunia professional
  3. Memiliki akses magang, tugas akhir, dan rekrutmen ke berbagai perusahaan
  4. Bagi peserta terbaik berkesempatan direkrut oleh perusahaan sponsor

Apa saja yang harus kamu siapkan?

  1. Essay (300-600 kata), berisi aspirasi kamu dalam 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun ke depan, serta Persiapan diri seperti apa yang bisa membantu kamu mencapai aspirasi tersebut
  2. CV terbaru

Daftarkan dirimu segera!

Kirim CV dan essaymu ke email ordeinsani@gmail.com

Waktu Pendaftaran :

1 November 2016 – 1 Januari 2017

Waktu pelaksanaan dan Lokasi training :

Semester genap 2016/2017 di FTUI

Info lebih lanjut hubungi : 0812-888-4997

Gelar Turnamen Golf, Iluni FTUI Sumbang 100 Juta untuk Beasiswa MAB

sumbangan-100-juta-iluni-ftui

Bogor (27/11), Ikatan Alumni Fakultas Teknik Universitas Indonesia (Iluni FTUI) menggelar Turnamen Golf bertajuk Rooseno Cup 2016 yang diadakan di Klub Golf Bogor Raya. Turnamen tersebut merupakan gelaran pertama yang akan diadakan secara rutin setiap tahunnya. Pada kesempatan tersebut, istri dari Almarhum Prof. Rooseno, Ibu Amalia Rooseno menyampaikan terima kasih atas penyelenggaraan turnamen tersebut yang telah menggunakan nama Prof. Rooseno sebagai nama gelaran turnamen yaitu Rooseno Cup. Beliau juga menyampaikan dukungannya atas penyelenggaraan turnamen yang rencananya akan digelar setiap tahun.

Pada Rooseno Cup 2016, Iluni FTUI juga berhasil mengumpulkan dana dari turnamen golf tersebut untuk disumbangkan sebagai Beasiswa Pendidikan kepada Yayasan Mata Air Biru. Dana Beasiswa senilai Rp 100 Juta dari Iluni FTUI melalui ketua Iluni FTUI, Teten Derichard disampaikan kepada Yayasan Mata Air Biru dengan diwakili oleh Ketua Yayasan MAB, Sri Dijan Tjahjati, dan disaksikan langsung oleh Rektor UI, Prof. Muhammad Anis dan Dekan FTUI, Prof. Dedi Priadi.

Dalam kesempatannya, Ketua Yayasan MAB mengucapkan terima kasih kepada Iluni FTUI dan seluruh alumni yang telah mennyisihkan sebagian dana dari turnamen gol untuk disumbangkan sebagai beasiswa pendidikan kepada Yayasan MAB. Beliau juga menyampaikan bahwa Yayasan MAB akan terus berusaha menjadi wadah alumni yang konsisten memberikan Beasiswa Pendidikan bagi mahasiswa FTUI. Mulai tahun ini, Yayasan MAB mulai melebarkan kebermanfaatan adanya Yayasan MAB agar bisa dirasakan oleh semua mahasiswa UI, salah satunya dengan menerima penerima beasiswa dari fakultas selain teknik.

Selain itu, Pada kesempatan itu juga secara simbolik juga diluncurkan Buku Menjadi Mata Air untuk Indonesia yang merupakan catatan perjuangan para penerima beasiswa MAB. Buku tersebut secara simbolik diberikan kepada Rektor UI dan Ketua Iluni FTUI. Dalam buku tersebut berisi kisah perjuangan para mahasiswa penerima beasiswa MAB untuk bisa kuliah di FTUI serta catatan mimpi yang ingin mereka perjuangkan kelak di masa depan.

Buku Menjadi Mata Air untuk Indonesia dijual dengan sistem Donasi. Apabila Anda tertarik untuk memiliki buku tersebut bisa mengunjungi laman www.beasiswamab.org/buku-mab atau menghubungi Sdr. Bambang di 0812-888-4997 (BS)

launching-buku-menjadi-mata-air

Selamat kepada Penerima Beasiswa Prestasi MAB Batch 6

beasiswa-prestasi-mab-batch-6

Yayasan Mata Air Biru kembali memberikan Beasiswa Pendidikan Presetasi batch 6 untuk mahasiswa FTUI angkatan 2015. Beasiswa MAB Prestasi adalah sebuah program beasiswa yang diberikan oleh Yayasan Mata Air Biru untuk membantu mahasiswa FTUI yang memiliki prestasi, namun membutuhkan finansial untuk menunjang pendidikannya agar bisa mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajarnya.

Beasiswa MAB prestasi diberikan kepada penerima selama 6 semester atau mulai dari semester 3 hingga semester 8. Tujuan utama adanya beasiswa ini adalah untuk memperbanyak lulusan dari fakultas teknik sekaligus sebagai wadah kontribusi alumni dalam membentu pendidikan mahasiswa FTUI.

Kami ucapkan selamat kepada mahasiswa berikut yang berhasil menjadi penerima Beasiswa MAB Prestasi batch 6 untuk angkatan 2015. Semoga Beasiswa MAB Prestasi ini bisa membantu meningkatkan dan mempertahankan prestasi akademik dan non-akademik serta mendorong produktifitas pendidikan demi bangsa yang lebih maju di masa mendatang.

Penerima Beasiswa Prestasi MAB Batch 6 untuk angkatan 2015 FTUI

No. Nama Jurusan
1 Mohamad Sofwan Rizky Teknik Kimia
2 Hokki Sintaro Arsitektur
3 Amalia Pradipta Arsyad Teknik Mesin
4 Fariz Hussein Teknik Perkapalan
5 Rama Aditya Syarif Teknik Metalurgi dan Material
6 Intan Anyelir Nursan Teknik Metalurgi dan Material

 

Sekali lagi kami ucapkan selamat kepada para penerima Beasiswa Prestasi MAB Batch 6. Para penerima beasiswa akan dihubungi segera via email Yayasan Mata Air Biru mengenai ketentuan Beasiswa. (BS)

 

Belajar dari Andi Nata yang Pantang Menyerah

andi nata

DITERIMA sebagai kandidiat peraih tiket khusus menjadi mahasiswa Universitas Indonesia membuat peluangku mengantongi Beastudi Etos menipis. Sekolah melarang siswanya yang mendaftar di jalur khusus UI yaitu Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar (PPKB), dulu dikenal sebagai Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK), menggandakan pendaftaran di Beastudi Etos dari Dompet Dhuafa.

Jalur PPKB bukan jalur yang menggratiskan semua ongkos kuliah. Karena tidak gratis maka saya, Andi Nata, berniat mendaftar beasiswa lain. Namun sayang, justru harapan itu hampir sirna oleh hambatan birokrasi. Saya tak menyerah. Saya meyakini beasiswa Dompet Dhuafa masih membuka peluang buat saya.

Tertutup peluang di kotaku, Cirebon, Jawa Barat, saya mendaftar Beastudi Etos di regional Bandung, ibu kota provinsi. Proses mendaftar dan tes saya lewati dengan kerja keras. Saya buta dengan Kota Bandung namun tekad yang menggebu-gebu tak menghalangi saya untuk menjalani proses yang sulit. Saya tidur di salah satu masjid di Universitas Padjadjaran menjelang tes seleksi beastudi.

Hasil seleksi bukan syarat utama peserta dipilih Dompet Dhuafa. Syarat utamanya adalah saya harus berhasil menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. Beastudi Etos dibuat dengan sasaran mahasiswa di 14 kampus. Perguruan tinggi itu adalah Universitas Syah Kuala Aceh, Universitas Sumatera Utara Medan, Andalas Padang, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung dan Padjadjaran Bandung, Diponegoro Semarang, Gadjah Mada Yogyakarta, Brawijaya Malang, Institut Teknologi Surabaya, Airlangga Surabaya, Hasanuddin Makasar, dan Mulawarman Samarinda Kalimantan Timur.

Beragam kerja kerasku berbuah manis. Saya diterima sebagai peraih Beastudi Etos. Pengumumannya disampaikan pada dua hari setelah Universitas Indonesia mengumumkan bahwa Andi Nata, namaku, diterima sebagai mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2007. Alhamdulillah!

Tapi masalah belum selesai sepenuhnya. Kendati saya mendapatkan banyak pemotongan ongkos kuliah dari UI, toh, saya tetap harus menanggung sisanya, Rp 2,75 juta. Jumlah itu, masih tergolong besar bagi saya. Saya mencoba tetap tenang melewati tahapan ini. Saya meminta penundaan pembayaran selama saya mencari jalan keluar menebus ongkos ini. Jalan keluar itu ketemu juga, saya mendapatkan beasiswa Alumni UI. Kendati masih ada sisa, tapi berkurangnya signifikan. Bebanku tinggal Rp 1,1 juta.

Sisa sebesar itu tetap saja belum bisa saya lunasi langsung. Bekal ibu hanya Rp 100 ritu ketika saya pamit berangkat kuliah. Saya tidak menuntut lebih ke orang tua, karena saya memahami, kala itu keluarga sedang ditimpa krisis keuangan karena ayah berhenti bekerja setelah perusahaannya bangkrut. Kesadaran untuk tidak banyak menuntut juga muncul sebagai anak ketiga dari enam bersaudara. Dengan adik yang masih tiga orang, ayah dan ibu sudah terbebani banyak kebutuhan untuk adik-adik saya. Saya pamit dengan menggenggam satu pesan ibu yang paling saya ingat, “Jangan meninggalkan salat tahajud.”

Syahdan, kuliah dimulai pada Agustus 2007. Program Beastudi Etos masih pada tahap survei calon penerima. Padahal saya sangat berharap banyak ketika mulai kuliah program Etos juga berjalan. Alasannya peraih Beastudi Etos berhak tinggal di asrama. Karena belum dimulai saya tak punya tempat tinggal. Saya tidak mungkin bisa menyewa indekos karena bekal yang sedikit. Terpaksa saya menumpang tidur di kamar teman-teman mahasiswa PPKB yang tinggal di Asrama UI. Selama dua pekan saya berganti-ganti kamar tumpangan. Tujuannya agar tidak terlalu mengganggu pemilik kamar.

Kesulitanku ini mengundang saran dari salah seorang alumni. Entah dari mana dia tahu kondisiku saat itu. Selain saya mendapatkan tawaran gratis makan, saya juga diberikan saran untuk tinggal di

Asrama Yayasan Mata Air Biru yang dikelola alumni Fakultas Teknik UI. Saya diterima tinggal di sana selama dua tahun. Saya harus menempuh perjalanan sejauh empat kilometer menuju kampus karena lokasi asrama yang jauh. Kendati lelah saya bersyukur bisa mendapatkan tempat tinggal.

Masalah sepertinya tak rela meninggalkanku. Begitu soal tempat tinggal terselesaikan, Tagihan melunasi ongkos masuk kuliah ditagih manajemen kampus. Kendati sisa Rp 1,1 juta, saya tetap tak bisa melunasi. Saya balik ke Cirebon, bukan untuk meminta uang kepada orang tua. Saya menuju sekolah dan bercerita kepada Bapak Feri Supeno, gurunya sekaligus Kepala SMA 2 Cirebon. Sungguh besar hati Pak Feri, ia memberikanku uang Rp 1,5 juta. Uang itu berasal dari kantong pribadinya.

Setelah kembali ke kampus, dua bulan kuliah, pada akhir September 2007, tiba lah saat yang ditunggu-tunggu. Beastudi Etos diumumkan, saya salah satu peraihnya. Pemenang berhak mengantongi ongkos semester selama satu tahun, asrama tempat tinggal, dan uang saku Rp 450 ribu per bulan selama tiga tahun. Saya langsung sujud syukur.

Hadiah itu tak bisa langsung dinikmati. Manajemen Dompet Dhuafa mengakui ada keterlambatan memulai program Etos tahun itu. Alasannya jumlah peserta membludak. Keterlambatan itu membuat waktu masuk asrama diundur lebih dari bulan. Tepatnya Oktober, program Etos baru dimulai. Di asrama itu, saya banyak disodorkan beragam pembinaan.

Lewat rutinitas itu, saya menikmatinya. Sepertinya kondisi ini bakal berjalan lama, namun ternyata tidak. Mendadak ada kabar tragis dari Cirebon. Ayah mengalami kecelakaan kerja, tiga jari tangannya terpotong oleh mesin gir pabrik. Karena belum telat, jari itu bisa disambung lagi melalui operasi. Ongkos operasi mencapai Rp 30 juta.

Biaya operasi tak sanggup dibayar orang tuaku. Kondisi dua kakak juga belum mapan betul secara ekonomi. Saya memberanikan diri meminjam kepada pengurus Etos, teman kuliah, kakak angkatan, dan beragam pihak. Walhasil, dana pinjaman terkumpul Rp 25 juta dan langsung dikirim ke Cirebon.

Karena statusnya pinjam, saya wajib melunasi. Saya mulai menyadari masalah yang bertubi-tubi kerap datang bersama jalan keluarnya. Begitu pula dengan persoalan pelunasan utang ini. Jalan keluar itu berupa mengajar siswa sekolah. Maha besar Allah.

Saya memilih mengajarkan matematika, fisika, dan kimia untuk SMA. Menemukan bisnis ini, saya dibantu oleh teman saya. Berkat dia saya memperoleh sembilan anak didik. Upah dari mengajar, harus dibagi 30 persen untuk temanku. Dua kali mengajar dalam sepekan, pendapatan yang diterima mencapai Rp 2,5 – 4 juta per bulan. Setiap upah langsung dibayarkan membayar utang. Selain bersumber dari mengajar, lomba kreatifitas mahasiswa, desain grafis saya ikuti untuk menambah penghasilan. Dalam sebelas bulan, Oktober 2007 hingga Agustus 2008, utang yang terlunasi berbilang Rp 25 uta

Mengajar untuk membayar utang membuatku benar-benar sibuk. Saya kerap pulang ke asrama hingga pukul 12 malam. Banyak program Etos yang tertinggal. Kondisi ini membuatku mendapatkan teguran dari pendamping. Kepada pendamping, saya bercerita kondisi yang terjepit itu.

Saya bersyukur dalam kondisi terjepit, memberi pengalaman bagaimana bekerja keras, tahu cara melobi orang, dan bersikap dengan beragam orang. Pengalaman itu mengubah saya lebih dewasa dan mengendalikan emosinya.

Menginjak tahun ketiga, beasiswa Etos untuk ongkos per semester berakhir. Beasiswa itu ada gantinya setelah meraih beasiswa program peningkatan prestasi akademik hingga lulus. Beasiswa ini bak pintu masuk saya ke dalam zona nyaman. Tidak dipungkiri serba berkecukupan menjadi harapan banyak orang, apalagi mahasiswa. Ibaratnya urusan ongkos kuliah dan ongkos sehari-hari sudah ada, tugasnya hanya belajar dan belajar.

Tapi bagi saya zona nyaman tak sepenuhnya nikmat. Barangkali sejak awal kuliah saya sudah banyak benturan dengan masalah, maka sepertinya saya rindu dengan masalah. Kendati tetap bekerja dengan mengajar privat, ketidaknyamanan mulai membuncah. Untuk mengobati kegundahan, saya memilih berbisnis.

Saya memilih beternak domba dengan modal dari berutang. Berutang tak selamanya buruk, justru jika kita mampu menyikapinya dengan tepat, berutang dapat mendorong pada sikap professional. Sikap professional itu berupa disiplin, kerja keras, tumbuh dari kekhawatiran tidak bisa melunasi utang.

Saya berhutang Rp 8 juta dari beragam pihak. Dana itu untuk membeli lima ekor domba terdiri dari satu jantan dan empat betina jenis domba Garut yang diternakan di Cirebon. Saya memilih bisnis domba bukan tanpa hitungan. Pengalaman menjadi panitia Idul Adha, membuat saya tahu betul soal domba. Selain itu, kebutuhan daging akan terus, sehingga bisnis domba salah satu sektor strategis.

Dengan berbisnis, kesibukanku bertambah. Sabtu-Ahad pergi ke Cirebon mengurus domba. Saat libur panjang, giliranku untuk berguru ke petani domba di Tasikmalaya dan Garut Jawa Barat. Keberuntungan terus bergulir, saya bisa menambah domba dengan uang yang saya menangkan dari beragam perlombaan di kampus. Setahun kemudian saya menjual domba pada musim haji 2009. Satu ekor domba dibanderol Rp 1,5 juta dengan keuntungan 40 persen per ekor.

Saya tak cepat berpuas diri. Saya mencoba mengalihkan domba itu ke Depok. Tujuannya agar bisnisku berkembang. Karena memiliki keterampilan mendesain, saya membuat brosur dan pamflet untuk menjaring konsumen. Di setiap event pelatihan bisnis dan motivasi domba ditawarkan. Kendati banyak yang menolak, toh, ada saja konsumen yang terjaring. Order pertama 10 ekor domba. Puncaknya saya mampu mendatangkan 20 ekor domba dengan omset Rp 32 juta.

Beragam tantangan itu mendorong saya menjaring investor baru. Kesuksesan kecil itu memudahkan saya melobi banyak pihak. Hingga akhirnya saya mampu menghimpun dana Rp 45 juta. Investasi baru itu saya gunakan untuk ekspansi bisnis. Saya membuka kandang domba di Sawangan Depok. Saya bercita-cita membangun bisnis susu kambing ettawa dan integrated farming system.

Jumlah produksi dan penjualan terus terdongkrak. Konsep juga berkembang, saya berusaha mengawinkan bisnis ini dengan model pemberdayaan masyarakat khususnya petani di daerah. Para petani diberikan modal 10 ekor domba. Menjelang hari raya Idul Adha, saatnya panen. Domba diambil dengan bagi hasil yang menguntungkan petani.

Untuk strategi pemasaran, saya melakukan promosi dengan strategi ketika orang membeli kambing kepada kami dan kami pun memberikan hadiah kepada pembeli berupa baju batik. Untuk pembelian kambing pada saat Idul Fitri dan liburan anak sekolah, kami memberikan diskon kepada pembeli berupa voucher liburan ke pemandian air panas. Saya juga memberikan undian kepada pembeli yang berlangganan setiap tahunnya dengan doorprize berupa laptop, seluler dan sebagainya. Pembeli juga mendapatkan jaminan domba yang bagus, jika domba cacat akan kami ganti. Dengan demikian kepuasan pelanggan adalah nomor satu.

Untuk manajemen modal, saya menerapkan sistem bagi hasil. Adapun manajemen karyawan, saya menggunakan model dua gaji yaitu gaji pokok dan tunjangan. Gaji pokok setiap bulan berbilang Rp 600-700 ribu. Sedangkan besaran gaji tunjangan menyesuaikan dengan target dalam pencapaian untuk penggemukan domba. Keuntungan yang kedua adalah bagi karyawan yang berprestasi dalam kinerja dan pencapaian target. Karyawan tersebut, kita berikan hadiah berupa Umroh.

Untuk pemanfaatan teknologi sendiri dalam “Penggemukan Domba Garut”, yaitu saya menggunakan pakan alternatif yaitu ampas tahu ditambah kuning telur. Pakan alternatif kedua saya menggunakan susu sapi pada keadaaan beku, alternatif ketiga dengan kacang kedelai atau kacang hijau.

Saya sadar betul bisnis akan bertahan dan sukses dengan membangun jaringan. Untuk itu saya memanfaatkan jaringan komunitas ESQ, yang saya tergabung di dalamnya. Selain itu saya juga tergabung dengan banyak komunitas lainnya seperti Enterpreneur University, Komunitas Tangan Di Atas. Untuk pengelolaan kompetisi, saya menggunakan paguyuban untuk bersama-sama meningkatkan kesejahteraan petani.

Melalui bisnis itu saya diganjar banyak penghargaan dari instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara, dan perusahaan swasta. Sekarang saya membuka holding baru pada 2013 di PT. ANS ANDI NATA SUMARI. Perseroan ini bergerak di bidang travel dan sekolah yaitu ANS Travel dan ANS Bussines School. Semua inovasi dan ekspansi bisnis saya terinspirasi kisah Abdurrahman bin Auf yang mengelola bisnis bukan untuk keluarga lagi tapi untuk kemanfaatan sebanyak banyaknya umat manusia.

Ditulis oleh Andi Nata, Alumni Teknik Mesin 2007.

Artikel Asli bisa dilihat di http://www.beastudiindonesia.net/insipirasi-abdurrahman-bin-auf/

Dibuka Pendaftaran Beasiswa Pondokan MAB Putra

Daftar Pondokan MAB

Program Beasiswa Pondokan MAB adalah sebuah beasiswa berupa tempat tinggal dan fasilitas pengembangan diri dari Yayasan Mata Air Biru, sebuah yayasan milik alumni FTUI yang diperuntukkan bagi mahasiswa/I FTUI asal daerah.

Program Beasiswa ini diberikan selama dua tahun berupa tempat tinggal gratis dan fasilitas pengembangan diri berupa Pelatihan kepemimpinan, English Course Persiapan TOEFL dan Test TOEFL, Sharing dan Jaringan dari alumni FTUI.

Persyaratan:
1. Mahasiswa FTUI angkatan 2015 dan 2016 (mahasiswa baru diutamakan)
2. Berasal dari luar daerah jabodetabek
3. Membutuhkan bantuan finansial berupa tempat tinggal selama kuliah di FTUI
4. Bersedia dan berkomitmen untuk mengikuti program pembinaan di Pondokan MAB

Aktivitas yang dilakukan di Pondokan MAB yaitu :

  1. Program kerohanian (aktivitas harian berupa shalat berjama’ah dan kajian pagi)
  2. MAB Gathering dengan alumni
  3. Sharing Inspirasi
  4. BIG Movies
  5. Sport
  6. Peningkatan prestasi dengan mengikuti lomba/kompetisi bersama

Fasilitas:
1. Tempat tinggal secara gratis selama 2 tahun
2. Les bahasa inggris persiapan TOEFL/IELTS
3. Program Inspiration Talk
4. Internet Wifi

Jika kamu berminat untuk menjadi bagian dari keluarga kami, segera daftarkan dirimu dengan mengisi formulir secara online di www.beasiswamab.org/formulir-beasiswa-pondokan-mab atau di link bit.ly/DaftarPondokanMAB

Pendaftaran akan ditutup sebelum 12 Agustus 2016*)

Mungkin kamulah keluarga baru kami selanjutnya di Pondokan MAB.

Yuk, ikuti social media channel Yayasan MAB untuk mendapatkan informasi terkait beasiswa dari alumni FTUI!

Facebook Page : Yayasan Mata Air Biru (fb.me/YayasanMAB)
Facebook Account : Pondokan Mab (fb.me/Beasiswa.MAB)
Twitter : @BeasiswaMAB (twitter.com/BeasiswaMAB)
Instagram : @RumahInspirasiMAB (instagram.com/RumahInspirasiMAB)

Informasi lebih lanjut : Bambang Sutrisno (0812-888-4997) atau email di beasiswa.mab@gmail.com

*) Hanya 4 mahasiswa putra yang akan kami terima. Pendaftaran akan kami tutup bila sebelum masa pendaftaran berakhir sudah ada 4 kandidat penerima beasiswa yang sesuai kriteria. Segera daftarkan dirimu! 🙂