Category : Pondokan MAB

Home»Archive by Category "Pondokan MAB" (Page 9)

Masih Yakin Ilmu Mendalam lebih Penting?

Oleh Siti Awaliyatul Fajriyah, Arsitektur 2012, Pondokan MAB

Selama ini saya merasa, bahwa ilmu mendalam lebih penting dari ilmu yang meluas. Namun saya rasa anggapan ini terlalu egois bagi seorang manusia yang sebenarnya jauh dari kata “mengetahui”. Saya semakin yakin bahwa anggapan itu salah setelah mendengarkan sebuah  posting di soundcloud.com milik akun atas nama Sabda PS yang berjudul Three Kinds of Knowledge.

Setiap manusia yang ingin berkembang, wajib memiliki 3 pengetahuan yang ketiganya harus berimbang. Ketiga pengetahuan tersebut adalah pengetahuan dasar, pengetahuan istimewa dan pengetahuan menyeluruh. Tidak ada yang lebih penting dari ketiga jenis pengetahuan tersebut karena semuanya sama penting.

Pengetahuan dasar harus dikuasai terlebih dahulu oleh seseorang sebelum orang tersebut mampu menguasai pengetahuan yang lainnya. Pengetahuan dasar yang pertama ialah matematika, tetapi bukan matematika yang kita anggap dalam kehidupan sehari-hari. Memang betul hitung-hitungan sederhana sangat diperlukan untuk sekedar menghitung berapa rupiah yang harus kita bayar untuk membeli 5 bungkus permen. Namun lebih jauh dari itu. Dalam matematika, kita mempelajari struktur dan logika pemikiran yang konsisten dan terintegrasi sehingga kita terbiasa berpikir runut. Dengan begitu kita tidak mudah terombang-ambing dalam alam pikiran kita sendiri.

Pengetahuan dasar yang kedua ialah logika. Dengan kemampuan logika yang baik, kita dapat memahami hubungan antara satu kasus dengan kasus lainnya secara jernih, karena ketika kita salah memahami hubungan antarkasus dengan baik, solusi yang dihasilkanpun memiliki kemungkinan tidak tepat yang cukup besar. Logika ini akan membantu kita dalam mengurai masalah-masalah rumit menjadi simpul-simpul sederhana.

Pengetahuan dasar selanjutnya ialah pengetahuan bahasa atau verbal. Hal ini akan membantu kita berkomunikasi dengan orang lain, menyampaikan pemikiran dengan bahasa yang lebih terstruktur dan kosakata yang luas. Informasi-informasi akan ditransmisikan dengan cepat dan tepat jika kita menggunakan teknik komunikasi yang tepat pula. Dengan begitu kita tidak akan terkendala dalam masalah teknis penyampaian.

Salah satu pengetahuan dasar yang terpenting adalah kemampuan untuk mengembangkan diri. Dengan mengetahui cara-cara pengembangan diri apa yang cocok dengan kita, kita akan mengetahui taktik yang tepat agar tidak bosan dalam sebuah pekerjaan. Selain itu kita juga akan bekerja dengan efektif jika kita sudah mengetahui betul seperti apa cara kerja yang cocok untuk kita.

Setelah pengetahuan dasar kita kuasai, kita harus memiliki pengetahuan istimewa atau mendalam. Pengetahuan istimewa ini sangat berguna saat kita terjun ke masyarakat karena setiap manusia diciptakan untuk mengisi setiap slot kontribusi yang berbeda-beda di masyarakat. Pengetahuan istimewa ini juga memiliki kemungkinan untuk menjadi sumber pendapatan finansial kita, tergantung kita mengarahkannya kesana atau tidak. Hal ini yang akan membuat kita menjadi seseorang yang unik dan dibutuhkan. Tanpa keistimewaan, kita tidak dapat mengaktualisasikan diri kita sebagaimana yang dikemukakan dalam Teori Maslow, bahwa aktualisasi diri adalah tingkatan tertinggi dalam pencapaian hidup manusia.

Pengetahuan terakhir yang perlu kita miliki ialah pengetahuan menyeluruh mengenai kehidupan. Kita dituntut untuk memahami kehidupan dari berbagai aspek, bukan berarti hanya mengetahui kulitnya saja, justru kita mengetahui esensi-esensi dari setiap aspek. Jika pengetahuan istimewa menuntut kita untuk memahami sesuatu secara mendetail, pengetahuan menyeluruh menuntut kita untuk memahami sesuatu dasarnya saja.

Jadi ketika kita membaca koran, misalnya, kita cenderung membaca artikel yang menarik atau yang berkaitan dengan bidang kita saja. Hal tersebut justru membuat kita seperti memakai kacamata kuda dan membuat kita buta akan bidang-bidang lain. Padahal kita tahu, bidang-bidang kehidupan tidak dapat berdiri sendiri. Atau jika kita membaca seluruh informasi di koran itu, informasi yang diberikan kita tangkap secara terpisah-pisah, bukan? Pengetahuan menyeluruh akan membantu kita memaknai kehidupan secara utuh karena dengannya kita mampu menyintesis informasi-informasi yang kita peroleh sehingga kita mampu menentukan langkah dan opini kita mengenai sebuah isu.

—–

Penulis : Siti Awaliyatul Fajriyah, Mahasiswi jurusan Arsitektur angkatan 2012. Awa, panggilan akrabnya adalah mahasiswa yang aktif dan senang terlibat dalam gerakan kepemudaan dan masyarakat. Saat ini ia dipercaya sebagai ketua E-CORP FTUI, sebuah ukm tingkat fakultas berupa koperasi mahasiswa. Tulisan ini adalah salah satu hasil pemikirannya saat mengikuti pelatihan K2N UI tahun 2015 ini. Ia memiliki keinginan kuat untuk tergabung dalam program K2N tahun ini sebagai salah satu wujud pengabdiannya bagi masyarakat di Siak, Riau.

Menjadi Inovator Sosial sebagai Upaya Pemerataan Kesejahteraan

“Pembangunan desa tidaklah memimpikan desa menjadi kota.” – M. Arifin Purwakananta

Jati diri Indonesia adalah jadi diri pedesaan. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah karena masyarakat desanya yang ramah. Indonesia dikenal sebagai negeri yang subur makmur karena alam pedesaannya yang sangat kaya. Begitulah Indonesia di mata dunia. Namun, mengapa rakyat Indonesia berbondong-bondong pergi ke kota? Hidup di desa lebih menenteramkan, bukan?

Dalam materi pembekalan K2N UI 2015 pada hari Sabtu, 25 April 2015 yang diisi oleh Bapak  M. Arifin Purwakananta, calon peserta mendapatkan pencerahan mengenai inovasi sosial. Istilah inovasi sosial ini sudah marak dibicarakan di negara-negara maju, misalnya Amerika. Di Indonesia sendiri, sering disamakan dengan intervensi sosial. Bedanya, pada intervensi sosial, penggeraknya berada di luar masyarakat sosial yang dimaksud. Sedangkan dalam inovasi soisal, penggerak berada di dalam (menjadi bagian) dari masyarakat itu sendiri. Para peserta K2N, dimanapun ia ditempatkan, diharapkan ia menjadi inovator sosial yang menjadikan gagasannya gagasan bersama, bukan lagi menyebutnya sebagai “gagasan saya”.

Tujuan utama inovasi sosial ialah memberdayakan masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan yang saat ini cenderung menjadi komunitas yang kurang berkembang dibanding penduduk kota. Sebuah masyarakat dapat berdaya secara maksimal jika desa tersebut memiliki tiga matra pemberdayaan. Tiga matra tersebut ialah ketersediaan akses, pertumbuhan serta keadilan sosial.

Terdapat tiga unsur ketersediaan akses yang harus dipenuhi, mulai dari ketersediaan akses untuk memenuhi kebutuhan dasarnya berupa pangan, sandang dan papan untuk menjamin keberlangsungan hidupnya. Setelah memiliki akses untuk memenuhi kebutuhan dasar, masyarakatpun harus memiliki akses untuk berkembang. Akses ini dapat berupa pendidikan dan ketersediaan informasi. Elemen yang ketiga adalah ketersediaan akses dalam keadaan darurat, maksudnya adalah jaminan hidup atas keadaan-keadaan darurat.

Menurut pendapat saya, masyarakat Riau, khususnya Kabupaten Siak dan sekitarnya memiliki keterbatasan dalam akses keadaan darurat. Hal ini ditunjukkan dengan seringnya kebakaran hutan yang menyebabkan polusi udara yang sangat meresahkan warga. Hal ini menjadi kendala yang secara langsung menghambat pengembangan wilayah tersebut.

Pertumbuhan sosial di kawasan ini cukup baik dilihat dari pendapatan warganya yang memasuki kelas menengah dan sedikit yang ada di kelas bawah.  Yang patut disayangkan ialah, pertumbuhan ini masih dijalankan individu per individu sehingga belum mewakili pertumbuhan kawasan. Pertumbuhan kawasan yang diharapkan ialah munculnya produk-produk lokal yang layak dipasarkan secara nasional bahkan internasional dengan menjunjung tinggi kekhasan daerahnya. Sebuah daerah menjadi hebat dalam ekonomi jika ia memiliki fokus pada produk lokal yang hendak dibawanya ke dunia internasional. Kita dapat melihat bagaimana Cibaduyut besar dengan produk sepatunya serta Jepara dengan ukiran kayu jatinya. Riau akan menjadi provinsi yang luar biasa jika kita mampu memunculkan nilai-nilai kearifan lokal miliknya.

Mitra terakhir dalam pemberdayaan pedesaan ialah keadilan sosial yang menjamin kerja sama antar elemen masyarakat. Keadilan sosial yang pertama ialah kebijakan dari atas ke bawah yang  berangkat dari kepribadian masyarakat itu sendiri sehingga kebijakan tersebut bukanlah sebuah paksaan.

—–

Penulis : Siti Awaliyatul Fajriyah, Mahasiswi jurusan Arsitektur angkatan 2012. Awa, panggilan akrabnya adalah mahasiswa yang aktif dan senang terlibat dalam gerakan kepemudaan dan masyarakat. Saat ini ia dipercaya sebagai ketua E-CORP FTUI, sebuah ukm tingkat fakultas berupa koperasi mahasiswa. Tulisan ini adalah salah satu hasil pemikirannya saat mengikuti pelatihan K2N UI tahun 2015 ini. Ia memiliki keinginan kuat untuk tergabung dalam program K2N tahun ini sebagai salah satu wujud pengabdiannya bagi masyarakat di Siak, Riau.

[Wisuda] Penerima Beasiswa MAB Lulus 3,5 Tahun dari FTUI

“Graduation is a quite happy and proud time. However, the hard work must not be the end. You have to continue to learn and to work even harder than before for getting a better future…”

Depok (7/2), Penerima beasiswa pondokan MAB berhasil menyelesaikan masa studinya dari fakultas teknik jurusan Teknik Perkapalan. Keduanya menyelesaikan studi dalam waktu 3,5 tahun, lebih cepat dibanding masa studi normal 4 tahun.

Mereka adalah Achmad Fatchur Utama dan Teguh Prasetyo Putra. A. Fatchur Utama atau biasa disapa tama adalah mahasiswa asal Jember, Jawa Timur. Dia diterima menjadi mahasiswa angkatan 2011 Universitas Indonesia melalui jalur SNMPTN Undangan, sedangkan Teguh Prasetyo Putra atau yang akrab disapa Teguh adalah mahasiswa asal Padang, Sumatera Barat.

Lulus dalam waktu yang relative cepat, apalagi dari jurusan eksak merupakan hal yang patut dibanggakan. Tama dan Teguh membuktikan bahwa dengan kesungguhan kerja keras semua itu mampu dilewati dengan lancar.

“Keep learning and hopefully you will be successfull too in passing the next chapter of your life…”

E-Newsletter MAB #3 Edisi November 2014

 

 

Yayasan MAB adalah Lembaga Non-Profit yang didirikan oleh Alumni FTUI pada tahun 2003. Bertujuan untuk membantu Sivitas akademika FTUI dalam meningkatkan kualitas pendidikan di FTUI.

Apresiasi Penghargaan Pemberi Beasiswa Universitas Indonesia 2014

Yayasan MAB Dianugerahi Penghargaan Pemberi Beasiswa Kategori 10-20 tahun

Depok (7/11), Direktorat Kemahasiswaan UI menyelenggarakan Malam Apresiasi Pemberi Beasiswa di lingkungan Universitas Indonesia yang bertempat di Gedung Balairung, Kampus UI. Yayasan Mata Air Biru sebagai salah satu pemberi beasiswa di UI, khususnya bagi Fakultas Teknik melalui beasiswa MAB diundang untuk menerima penghargaan kategori 10-20 tahun pemberian beasiswa di malam apresiasi tersebut. Hadir sebagai perwakilan Yayasan MAB, Hannibal Anwar selaku wakil ketua dan Lista Dewi selaku bendahara.

Selain Apresiasi bagi para pemberi beasiswa di lingkungan UI, pada acara tersebut juga di launching Sistem Informasi Beasiswa UI yang baru, serta dihadirkan testimoni para penerima beasiswa UI. Acara apresiasi ini menjadi momentum apresiasi yang tinggi atas kontribusi para pemberi beasiswa yang selama ini telah berperan bagi peningkatan kualitas pendidikan anak bangsa. Selain itu, adanya apresiasi ini juga diharapkan mampu menginspirasi berbagai pihak untuk turut membantu pendidikan anak bangsa melalui pemberian beasiswa.

Yayasan Mata Air Biru yang kini sudah menginjak usia 11 tahun terus berusaha konsisten untuk membantu pendidikan anak bangsa melalui beasiswa yang diberikannya. Dedikasi dan konsistensi dari Yayasan MAB akan terus ada, tumbuh dan berkembang seiring dengan komitmen Yayasan MAB yang semakin besar bagi peningkatan kualitas pendidikan anak bangsa.

Yayasan MAB mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada para pihak yang telah mendedikasikan dirinya secara konsisten dengan mendukung berbagai program dari Yayasan MAB, khususnya pemberian beasiswa MAB. Semoga Yayasan MAB ke depan bisa semakin maju dan konsisten sebagai wadah bagi alumni FTUI dan relasinya dalam membantu pendidikan anak bangsa, khususnya di FTUI. (BS)

Getting an audience is hard. Sustaining an audience is hard. It demands a consistency of thought, of purpose, and of action over a long period of time.(Bruce Springsteen)

Galeri Pondokan MAB

Pondokan Mata Air Biru (MAB) menjadi rumah berkarya bagi para penerima beasiswa Pondokan MAB. Saat ini, 17 mahasiswa FTUI menempati pondokan yang berjumlah 5 rumah. Kekeluargaan, Saling memotivasi dan Dekat menjadi ciri khas pondokan MAB. Berbagai kegiatan pengembangan diri dilakukan bersama di pondokan.

[Sharing Session] Kedekatan dan saling memotivasi antar penghuni pondokan terbangun dengan sharing session yang diadakan setiap pekannya.
[Gathering Pondokan] Setiap bulan, gathering pondokan menjadi wadah untuk me-recharge diri dalam menjalani perkuliahan.

DANA ABADI ILUNI FTUI-MAB

Bakti Alumni bagi Almamater FTUI

Malam Swarna Karya untuk Indonesia pada 30 Agustus 2014 lalu sebagai bagian dari Ulang Tahun ke-50 FTUI menjadi awal diluncurkannya program Dana Abadi Iluni FTUI-MAB. Program Dana Abadi ini nantinya akan digunakan untuk tiga program besar meliputi Beasiswa MAB, Pondokan MAB dan Pengembangan fasilitas laboratorium di FTUI. Sejak diluncurkan tersebut, hingga kini telah terhimpun sejumlah donasi dari alumni yang berkomitmen untuk memajukan pendidikan FTUI melalui program Dana Abadi tersebut.

Daftar Pemasukan Donasi Dana Abadi Iluni FTUI-MAB per 25 November 2014

Terima Kasih atas Donasi yang telah Anda berikan,

Semoga berbalas limpahan berkah bagi Anda dan Keluarga, serta mampu memajukan pendidikan di FTUI.

Share

Tweet

Forward

+1

Copyright © 2014, Yayasan Mata Air Biru, All rights reserved.

Bakti Alumni bagi Almamater FTUI untuk mencerdaskan anak bangsa

Sekretariat :

Gd. Engineering Center, Lt. 2, R. 205

FTUI, Depok 16424

Telp : 021-78880766

Fax : 021-78880766

Salurkan Donasi Anda :

Beasiswa dan Pondokan MAB

Bank Mandiri cab. Fatmawati

No Rekening : 127-00-0417416-3

a.n. Yayasan Mata Air Biru

Dana Abadi Iluni FTUI-MAB

Bank Mandiri cab. Fatmawati

No Rekening : 127-00-3009000-3

a.n. Yayasan Mata Air Biru

Facebook
Facebook

Twitter
Twitter

Website
Website

Email
Email

 

 

Inspirative Talk #1 : Refi Kunaefi Berbagi Inspirasi

“Hiduplah Untuk Memberi yang Sebanyak-banyaknya, Bukan untuk Menerima yang Sebanyak-banyaknya.”(Pak Harfan dalam Laskar Pelangi)

Depok (19/11), Sesi Sharing Inspirasi oleh Alumni Pondokan MAB Edisi perdana menghadirkan Refi Kunaefi, Alumni Teknik Mesin 2004. Saat ini Refi bekerja sebagai sebagai Project & Business development Manager di Akuo Energy.

Refi menceritakan pengalamannya saat mengawali kehidupan sebagai mahasiswa di Teknik Mesin. Keterbatasan ekonomi yang Refi rasakan saat itu mampu membuatnya belajar untuk terus berjuang. Pada tahun 2005, Refi dipertemukan dengan Yayasan MAB yang memberikan beasiswa berupa tempat tinggal. Tahun-tahun selanjutnya Refi jalani dengan penuh semangat hingga akhirnya ia lulus dengan predikat Cumlaude dan menjadi mahasiswa dengan IPK tertinggi.
Setelah lulus, Refi bergabung bersama Schlumberger, salah satu perusahaan terbesar di dunia yang bergerak dibidang penyediaan jasa untuk industri minyak dan gas. Hampir tiga tahun dihabiskan di perusahaan tersebut dengan posisi akhir sebagai Senior Field Engineer untuk Drilling & Measurement dengan lokasi kerja di beberapa negara timur tengah dan Indonesia.

Pada tahun 2011, Refi memutuskan untuk rehat sejenak dari dunia kerja dan melanjutkan jenjang master di Ecole des Mines de Nantes (France) untuk program Energy Engineering and Environment Management (2011-2013). Kuliah ini dengan dukungan beasiswa penuh dari TOTEL EP Indonesie. Selama proses study di Prancis, ia juga diberi kepercayaan oleh teman-teman sebagai Ketua Umum PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di Prancis untuk periode 2011-2012.

—–

Diakhir sesi setelah bercerita banyak mengenai pengalamannya mulai dari perkuliahan, dunia kerja, hingga mendapatkan beasiswa dari Total EP Indonesie, Refi berpesan kepada peserta pondokan MAB untuk bersungguh-sungguh dalam belajar, memanfaatkan peluang dengan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan skill untuk persiapan dunia kerja seperti internship dan project, serta tidak lupa untuk terus berbagi kebaikan dan rezeki melalui beasiswa dan bantuan kuliah kepada adik-adik mahasiswa lainnya ketika sudah lulus dan sukses nanti. Seperti prinsip “Pay it Forward”, maka kebaikan yang kita ciptakan akan terus beresonansi menciptakan kebaikan-kebaikan lainnya melalui tangan-tangan orang lain. (BS)

Keluarga dan Tujuan

Tujuan adalah indikator kehidupan seorang manusia. Suatu hal yang akan memberi bantuan menemukan arah jalan, pemberi nasihat akan  keputusan krusial, dan penentu jati diri dari seorang ikhwah. Mempertahankannya lebih sulit daripada menemukannya dan  bukanlah suatu jaminan kesejahteraan untuk tetap teguh pada sebuah tujuan. Kegigihan, keyakinan, doa, kesabaran,  dan prinsip tegas, adalah satu paket wajib dalam ikhtiar mendapatkan esensi hidup tersebut.

Bukan suatu tujuan jika tidak terdapat rintangan didepannya. Tujuan dan rintangan, dua hal yang akan selalu berhadapan satu sama lain, dan saling memperebutkan jiwa seorang manusia. Untuk tetap memposisikan diri pada jalan menuju tujuan awal dibutuhkan pondasi  dan pagar-pagar kokoh yang akan membatasi kita dari jalan lain. Pondasi yang kokoh berasal dari dalam diri sendiri dan pagar yang kokoh bergantung pada kondisi lingkungan sekitar.

Yayasan mata air biru, telah menjadi bagian dari sebuah perjalanan hidup. Berawal dari bantuan untuk memberikan tempat tinggal, menjadi tempat pertemuan dengan orang-orang yang unik. Tempat  belajar keikhlasan melakukan kebaikan sampai belajar akan usaha mencari sebuah kebenaran. Tempat sebuah keluarga yang akan menjadi bagian cerita. Keluarga yang akan membantu saya mendapatkan tujuan saya.

IMG_8926

Penulis : Bayu Eko Prasetyo, Mahasiswa Teknik Metalurgi dan Material angkatan 2012, Penerima Beasiswa Pondokan MAB. Bayu, mahasiswa asal Ngawi, Jawa Timur ini aktif dalam Organisasi FUSI FTUI

Keluarga Baruku, Pondokan MAB

Nama saya Raja Fitrah Aulia Nurfalah, saya berasal dari Tasikmalaya lalu pindah ke Garut karena keluarga Ayah saya berada di Garut. Memang sudah menjadi hal yang mutlak bahwa nasib setiap orang itu berbeda-beda meski seseorang itu berasal dari rahim yang sama. Ya memang jika ada seseorang yang bernasib dari sejak kecil mereka hanya berperan layaknya seorang anak kacil biasanya maka untuk saya dan mungkin adik saya berbeda, dari sejak kecil saya hidup sebagai orang yang dituntut untuk bekerja keras. Saat bayi saya harus tinggal bersama nenek dan terpisah dari Ayah serta Ibu karena Ayah tak sanggup menghidupi dua bayi sekaligus di masa pernikahannnya yang masih sangat muda, saat itu Ayah mengalami musibah perekonomian karena status pendidikannya serta beberapa masalah perusahaan yang harus melibatkan semua pekerja. Keadaan menjadi sangat berat ketika saya yang masih sekolah dasar dan baru bertemu dengan orang tua saya mendapati kondisi mereka dalam keadaan sakit parah. Tentu saja dari kondisi tersebut kami berdua sebagai anak yang masih sangat polos tiba-tiba terpukul melihat kondisi orang tua kami tergeletak tak berdaya di atas tempat tidur. Nenek sempat menawarkan supaya saya dan adik saya tinggal bersamanya, namun Ibu menolaknya karena mereka merasa tidak berdaya jikalau anak yang menjadi semangat hidupnya hilang dari pandangannya. Sejak saat itu, masa kanak-kanak kami menjadi tidak biasa, di usia sebiji jagung kami harus menahan diri untuk tidak jajan setiap hari saat dimana anak-anak lain merengek-rengek meminta jajan, kami harus berkeliling kampung  menjual hasil ladang nenek untuk mencari makan saat dimana anak lain bermain-main hingga sore menjelang malam, kami harus makan seadanya bahkan belajar berpuasa saat nak lain memuntahkan makanan mereka karena tak suka.

Sebenarnya ini bukanlah cerita bergendre perjuangan atau novel bernuansa kesedihan atau bahkan saya yang memelas untuk dikasihani, tetapi ini adalah kisah hidup seorang manusia biasa yang mungkin dapat diambil manfaat serta pelajarannya hingga ia yang biasa itu mampu meneruskan pendidikannnya ke universitas terkemuka di Indonesia, karena baginya ini adalah sebuah anugerah dan kebanggaan yang luar biasa.  Apa yang membuat hal itu tak biasa? Ketika dimana kau menemukan ranting yang kering, maka dipikiranmu hanya ada sebuah benda yang tak berguna, kering, layu, mati, dan hanya menjadi bala / pengotor. Bahkan mungkin kau hanya akan mengacuhkannya saja. Seperti itu lah saya, seperti ranting yang kering tetapi tiba-tiba menghasilkan api apabila digesekan dengan permukaan ranting satunya hingga kau mampu melihat api sampai sekarang. Saya seorang anak petani dan pegawai yang tak tentu pekerjaannya, saya hanya seorang anak kecil yang berasal dari pelosok bagian bumi, mampu masuk ke universitas yang sebagian besar orang sulit untuk bersekolah disana. Hal yang membuat saya terharu dan bangga adalah ketika saya mengingat berbagai perjuangan yang telah saya lakukan apapun itu dan saya lakukan dimanapun itu, tidaklah berujung sia-sia.

Awalnya saya menganggap bahwa masuk ke Universitas Indonesia membutuhkan biaya yang besar, dan ternyata dugaan saya memang benar. Bagi kondisi keluarga kami saat ini masuk dan membayar biaya sekolah serta biaya kehidupan sehari-hari di UI itu memang berat, ditambah lagi UI berada di pusat pemerintahan yang tentunya memiliki mutu perekonomian yang berbeda dibandingkan dengan di daerah asal tempat saya tinggal. Dari sana Ayah saya mulai kebingungan untuk mencari biaya kuliah, hingga akhirnya saya mendapat bantuan dari sebuah yayasan yang memberi tempat tinggal di UI tanpa memungut biaya sepeserpun. Malah saking beruntungnya saya, saya juga mendapatkan berbagai fasilitas yang sangat-sangat bermanfaat yaitu les TOEFL gratis, sembako gratis, jadwal rutin olah raga, gathering, saling berbagi pengalaman dengan orang-orang hebat serta penting, dan masih banyak lagi. Yayasan Mata Air Biru, begitulah nama dari sebuah yayasan yang berdiri sejak tahun 2003 oleh Ibu Sri Dijan Tjahjati bersama para alumni Fakultas Teknik UI yang mau membuka hati dan pikirannya untuk menyisihkan uang demi membantu saudara dan adik-anik juniornya untuk mempermudah perjuangan mereka selama menuntut ilmu di UI, benar-benar luar biasa alumni ini. Di Yayasan MAB ada lima jenis beasiswa yaitu Baesiswa Pondokan, Beasiswa Reguler Mahasiswa, Beasiswa Reguler Anak Karyawan FTUI, Beasiswa Skripsi, dan Beasiswa Prestasi. Dengan keadaan pondokan yang lebih dari layak untuk dihuni, saya sebagai anggota baru penerima beasiswa MAB ini merasa sangat bahagia karena ternyata masih ada orang yang mau memberikan sebuah ladang amal bagi saya dan penghuni lainnya untuk menuntut ilmu.

Hari demi hari dan bulan demi bulan telah berakhir, dan saya sekarang sudah hampir satu semester menjadi penghuni di pondokan MAB. Satu hal lagi yang membuat saya sangat terkesan, yaitu rasa kekeluargaan tinggi yang disebarkan dan ditularkan dari individu ke individu sehingga saya merasa selalu berada di rumah dan merasa seperti layaknya bersama keluarga sendiri. Sifat kepedulian yang sangat kental serta rasa saling memahami satu sama lain membuat rasa kekeluargaaan itu semakin mendarah daging di hati kami masing-masing. Kakak yang selalu menghawatirkan adiknya dikala sakit, adik yang tak sungkan membagi makanan dan barangnya kepada kakaknya, canda tawa yang mewarnai tiap langkah kaki kehidupan saya hingga saya merasa sudah tak cemas lagi sendirian dalam kerasnya hidup berada di tengah kerumunan orang-orang di kota rantauan, saya tak takut lagi saat kesulitan menghampiri, saya yang merasa lega karena saya punya banyak keluarga, saya tak sedih lagi berpisah dengan Adik, Ibu, dan Ayah saya karena saya mempunyai mereka di sisi saya. Itu lah mungkin sebuah gambaran selama saya berada di MAB. Yayasan MAB membuat saya bersemangat, membuat saya lega, memberi saya banyak motivasi-inspirasi, mengenalkan saya dengan banyak orang yang luar biasa, membuat saya harus lebih peka terhadap orang lain, membuat saya lebih aktif dalam segala hal yang bernilai positif hingga rasanya waktu yang telah saya keluarkan menjadi sangat berarti dan bermanfaat. Terima kasih banyak MAB, mungkin ini lah salah satu jalan berupa bantuan untuk membantuku meraih kesuksesan.

Penulis : Raja Fitrah Aulia, Mahasiswi Teknik Perkapalan UI angkatan 2013, Penerima Beasiswa Pondokan MAB. Raja, mahasiswa asal Garut ini menyimpan potensi yang luar biasa sebagai salah satu atlet tenis meja dan basket dalam kejuaraaan di FTUI, seperti Teknik Cup.

Adalah Ia…

Adalah Ia, bagian penting Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Sebuah yayasan nirlaba yang dikelola Alumni FT UI . Berdiri semenjak 11 tahun yang lalu, 23 September 2003. Hadir dengan visi dan misi yang mulia, bertujuan membantu meningkatkan kecerdasan bangsa, tujuan besar yang kemudian menjadi target untuk terus terlaksana. Dengan uluran tulus tanpa belas kasih, memberikan dukungan demi tercapainya cita-cita bersama. Menjaring setiap mahasiswa dengan semangat tinggi akan pendidikan. Menjaring mahasiswa agar tak pelak berputus asa. Dengan lambang nya yang sarat akan makna, ia terus menjadi inspirasi bagi banyak mahasiswa. Lahir bak air yang terus mengalir,  mencoba memberi support kepada mereka yang membutuhkan, beriringan dengan cita-cita mulia Universitas Indonesia, melahirkan  tunas-tunas bangsa yang menjadi cikal bakal pemimpin Indonesia. Ia telah membuktikan eksistensinya.

Adalah Ia yang kemudian menyadarkan kami sebagai bagiannya, akan perlunya sebuah harapan. Kehadirannya memberikan kami semangat untuk terus berkembang. Tak peduli lembah curam yang telah menunggu didepan. Fokus pada tujuan, terus berkarya meski ‘kekurangan’ selalu menyapa di setiap langkah kehidupan. Tak perlu putus asa akan ‘mahalnya’ pendidikan.  Ia terus meyakinkan, bahwa kami mampu untuk menghadapi apapapun selama kami masih menyimpan harapan.  Untuk itulah, kami harus melangkah dengan satu kepastian.  Juga dengan idealisme yang terus ditanamkan, berharap menjadi suatu nilai tambah yang mengiringi kami dihari kemudian. Salah satunya adalah lewat pelatihan kebangsaan.

Adalah ia yang menyatukan banyak perbedaan. Sabang sampai Merauke bukan lagi sekadar lirik dari lagu kebangsaan. Karena ia, Sabang sampai Merauke kini menyatu dalam sebuah naungan. Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua kini bersama dalam satu tujuan.  Ketika satu menanyakan “aga dipa niku?” yang lain dengan lantang menjawab “bade angkat ka diyek”. Tak peduli apakah jawaban yang diberikan selaras dengan pertanyaan. Hanya tawa yang kemudian datang memecah kebingungan. Momen lain yang juga tak akan terlupakan, ketika liburan usai dan mengharuskan kembali ke tanah rantauan, ada oleh-oleh khas yang masing-masing menjadi kebanggaan, ada balado dari negeri Malinkundang, ada tempoyak dari tanah Radin Intan, dan ada tape bakar, cemilan khas dari dari si ‘air harum’,  Banyuwangi yang saya maksudkan.

Adalah ia, yang membuat kami belajar akan pentingnya makna kebersamaan. Menjadi bagian darinya, adalah suatu hal yang mengagumkan. Kata mereka, disinilah lahir sebuah cinta, namun tak dapat dipungkiri ada kekesalan, kekecewaan, amarah, yang kerap muncul di sela-sela waktu yang menyibukkan. Bukan hal mudah memang, dengan latar yang jauh berbeda, kami dikumpulkan. Tak ada pelatihan khusus untuk menjadi bagian dari keluarga kecil ini. Hanya perlu peredaan emosi dan rasa memahami yang lebih untuk tetap bertahan. Saat kita mampu bertahan, maka sebenarnya inilah yang dinamakan salah satu tempaan. Disinilah kami dituntut untuk memahami hakikat kebersamaan.

Adalah ia, tanggung jawab dan amanah yang akan terus diwariskan. Menyadari akan keberadaan kami di tempat ini adalah suatu kenikmatan, terkadang membuat kami lupa akan tangung jawab besar dan amanah yang secara otomatis diemban saat kami menjadi bagian di dalamnya. Banyak hal yang kemudian harus kami pertanggungjawabkan. Ketika hak telah terpenuhi maka sepatutnya kewajiban juga harus segera dituntaskan. Adalah tanggung jawab kami, untuk menjadi generasi sesuai yang diharapkan, tunas-tunas bangsa yang akan mengabdi dengan totalitas perjuangan. Juga ada amanah yang kami emban, menjadi penggerak perubahan, membawa pengaruh baik untuk Indonesia di masa kini dan masa mendatang.

Adalah ia yang kemudian menjadi tujuan tuk  berpulang. Adalah ia, tempat lelah ini kemudian terlewatkan. Dan adalah ia yang menyatukan perbedaan  atas dasar ketulusan dari sebuah uluran. Adalah ia, MATA AIR BIRU,  yang tanpa mengharap pamrih, semata-mata membantu bangsa dan negara dalam upaya peningkatkan Kecerdasan.

Penulis : Wilujeng Lestari, Mahasiswi Teknik Mesin angkatan 2012, Penerima Beasiswa MAB. Wilujeng atau biasa disapa Wiwi adalah mahasiswi asal Lampung, saat ini Wiwi aktif dalam salah satu unit kegiatan mahasiswa di FT yaitu Teknik Informal School.

Mata Air Biru, Disinilah Lahirnya sebuah Cinta (2)

Awalnya, tak ada yang berbeda dengan teman-teman disini, kami belajar, bercanda dan hidup bersama. Aku pikir tak ada yang istimewa disini, “ah, mereka hanya mahasiswa rantau yang tinggal di pondokan ini, tak lebih”. Kami bangun tidur, bersiap kuliah, pulang, belajar dan kemudian tidur kembali. Kami hanya bertegur sapa seadanya. Hari-hari pertama kulalui dengan perasaan datar. Tak mudah cinta itu lahir diantara kami. Butuh saling terbuka untuk cinta itu dapat merasuki jiwa-jiwa kami. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak kegiatan yang kami lakukan bersama, banyak suka-duka yang kami lalui bersama. Seiiring itulah cinta itu lahir. Akupun tidak merasa kesepian lagi. Aku sudah mendapat keluarga baru. Ya, keluarga baru! Memang, tak ada yang dapat menghapuskan kerinduanku pada ayah ibu serta adik-adikku di kota asalku, namun keluarga baru ini, keluarga yang Allah anugerahkan kepadaku sudah lebih dari cukup untukku berbagi cerita di tempat rantau yang serbakeras.

Kita semua tahu bahwa manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, begitupun aku. Aku yang masih kekanak-kanakan dan seringkali ceroboh dalam mengambil keputusan, sangat beruntung memiliki kalian yang bersedia mengingatkanku dan menjadi teman yang asyik diajak diskusi. Nisa yang selalu ada untuk mendengarkan ‘cerita alay’-ku, wiwi dan raja yang sudah bersedia membantuku selama di pondokan, kak mimi dan kak elsa yang sudah menjadi kakak terbaik, Awang yang sudah menjadi partner untuk menjaga ketentraman pondokan, Agus  dan Mahfud yang juga membantu mengurusi internal kami, Irfan, Zaini, Fakhry, Bayu, Arif, Saifan, Oscar, Kak Tama, Kak Wahyu, Kak Fakhri, dan juga kak Bambang serta Kak Rizki yang sudah bersedia direpotkan untuk mengurus adik-adiknya ini yang kadang menjengkelkan. Terima kasih saudariku, dan semua keluarga pondokan MAB, sudah bersedia menjadi potongan puzzle dalam hidupku. Oh ya, satu lagi, si gagah Tiger, kucing penghuni gelap pondokan putri yang selalu menjadi penghilang stress saat masa-masa berat ‘ujian’ itu datang.

Penulis : Siti Awaliyatul Fajriyah (Awa), Penerima Beasiswa Pondokan MAB, Mahasiswi Arsitektur angkatan 2012. Mahasiswa asal Bandung ini aktif dalam Ikatan Mahasiswa Arsitektur sebagai Bendahara Umum.

Profil Alumni : Refi Kunaefi, Teknik Mesin UI 2004

MAB hadir disaat yang sangat tepat untuk saya, diwaktu kesulitan hidup sebagai mahasiswa rantau ada dipuncaknya. Terima kasih MAB karena membuat saya dapat belajar dan beraktivitas sebagai mahasiswa lebih optimal, tanpa perlu khawatir akan biaya hidup untuk esok hari

Refi Kunaefi, lahir dan menghabiskan masa kecilnya di Kemiling, sebuah kecamatan yang terletak di bagian barat kota Bandar Lampung. Kemudian menyelesaikan semua jenjang pendidikan formalnya dikota tersebut sampai tingkat menengah atas; SD 2 Sumberejo Kemiling, SMP 14, dan SMA 3 Bandar Lampung.

Selanjutnya, memilih merantau untuk melanjutkan kuliah di Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (2004-2008). Aktif sebagai ketua Ikatan Mahasiswa Mesin (IMM), dan Tim Robot UI. Refi adalah angkatan pertama penerima beasiswa pondokan MAB.

Lulus dengan predikat Cumlaude, Refi memilih untuk melanjutkan karir di bidang energi. Bergabung bersama Schlumberger, salah satu perusahaan terbesar di dunia yang bergerak dibidang penyediaan jasa untuk industri minyak dan gas. Hampir tiga tahun dihabiskan di perusahaan tersebut dengan posisi akhir sebagai Senior Field Engineer untuk Drilling & Measurement dengan lokasi kerja di beberapa negara timur tengah dan Indonesia.

Pada tahun 2011, Refi memutuskan untuk rehat sejenak dari dunia kerja dan melanjutkan jenjang master di Ecole des Mines de Nantes (France) untuk program Energy Engineering and Environment Management (2011-2013). Kuliah ini dengan dukungan beasiswa penuh dari TOTEL EP Indonesie. Selama proses study di Prancis, ia juga diberi kepercayaan oleh teman-teman sebagai Ketua Umum PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di Prancis untuk periode 2011-2012.

Sekembalinya ke Indonesia, Refi bergabung dengan Akuo Energy (France’s leading Independent Power Producer of Renewable Energy) sebagai Project & Business development Manager. Selain itu, ia juga giat berkampanye dan menyebarkan semangat energi terbarukan (renewables) dengan akfit mengisi forum diskusi dan sharing di kampus-kampus Indonesia.

Refi tertarik pada masalah Energi, Lingkungan, Ekonomi, dan Sosiologi.