MAB News

Home»Beasiswa MAB»MAB Talks #6 : Belajar Ke Luar Negeri untuk Menemukan Diri Sendiri

MAB Talks #6 : Belajar Ke Luar Negeri untuk Menemukan Diri Sendiri

mab-talk-ketua-iluni-ui Asrama Beasiswa MAB, Depok, Minggu (22/4), kembali diadakan program pembinaan bagi penerima beasiswa MAB yaitu MAB Talks #6: Inspirasi dari Alumni (2) yang menghadirkan Ketua Iluni UI, Bapak Arief Budhy Hardono dan Istri, Ibu Indy Hardono. Pada kesempatan itu juga hadir pengurus Yayasan MAB, Ibu Sri Dijan Tjahjati, Bapak Hamdion Nizar dan Ibu Tin Nizar. Sekitar 20 penerima beasiswa MAB hadir mengikuti acara sharing yang super inspiratif di Minggu pagi itu.

Acara dibuka oleh Ibu Sri Dijan Tjahjati dengan menjelaskan terlebih dahulu mengenai perkembangan Yayasan MAB sejak awal berdiri hingga di usia yang menginjak 15 tahun pada September mendatang. Perjalanan panjang hingga di titik sekarang ini adalah buah dari konsistensi yang tak pernah padam dari para pengurus dan dukungan alumni serta FTUI hingga saat ini. Efek kebaikan seperti snow ball yang dimulai dari langkah kecil harapannya terus bergulir dan memberikan dampak yang lebih luas ke depan.

Sesi dilanjutkan dengan sharing dari Ketua Iluni UI, yang akrab disapa Bang ABH. Beliau yang merupakan alumni Teknik Sipil’84 menceritakan pengalamannya semasa kuliah dahulu. Beliau pernah menjadi ketua Senat pada zamannya, saat itu belum ada BEM seperti sekarang. Sebagai ketua senat, beliau mendapatkan kesempatan untuk menjalin forum komunikasi dengan senat mahasiswa se-ui pada masa itu. Komunikasi yang terus dijalin itulah yang mendukungnya untuk maju menjadi ketua Iluni UI pada 2016 lalu.

Setelah lulus, Bang ABH memilih karir sebagai professional dengan menjadi Junior Civil Engineer di PT. Indotek Konsultan Utama hingga dipercaya menjadi pimpinan di perusahaan tersebut. Saat ini, beliau juga menjadi Direktur Direktur PT. Pionir Beton Indonesia dan PT. Citra Margatama Surabaya. Menurutnya kita harus “Street-Smart”, orang yang tahu keadaan di lapangan sehingga bisa memilih strategi yang tepat agar bisa survive.

Iluni UI di bawah kepemimpinan Bang ABH berusaha wadah pemersatu alumni dari 13 fakultas di UI. Hal yang tidak mudah dengan lulusan 16 ribu-18 ribu setiap tahunnya. Untuk itu, Iluni UI selalu berusaha bagaimana menjadikan setiap detik, menit menjadi bermanfaat, berusaha untuk menjadi alumni yang membanggakan almamater.

Iluni UI juga senantiasa menghadirkan enrichment program bagi alumni UI. Program entrepreneurship yang diharapkan bisa menjadi solusi. Karena pilihan ketika lulus adalah apakah menjadi pekerja atau entrepreneur. Selain itu, Iluni UI senantiasa mendukung kegiatan positif dari alumni UI seperti Yayasan MAB dan kegiatan alumni lainnya.

sesi-sharing-mab-talk

Sesi dilanjutkan oleh paparan Bu Indy Hardono, alumni TGP’86 yang merupakan Koordinator Tim Beasiswa Nuffic Neso Indonesia, sebuah beasiswa dari Pemerintah Belanda. Sesi beliau mulai dengan menceritakan perjalanan karirnya hingga sekarang. Beliau percaya bahwa sebagai lulusan Teknik bisa ditempatkan di mana saja, tetapi passionlah yang akan membawa kemana kita berlabuh nantinya.

Bu Indy, sapaan akrabnya memulai karir dari BPPT selama 10 tahun. Pada masa itu, beliau mendapatkan beasiswa dari Pak Habibie untuk kuliah bisnis di Belanda. Setelah menyelesaikan ikatan dinas, akhirnya passion yang membawanya ke lembaga non-profit. Ia pernah bekerja di Asia Foundation, kemudian di Binus International. Itulah yang membawanya terus ke bidang Pendidikan hingga saat ini.

Menurutnya, jangan pernah untuk menyesali pekerjaan yang berbeda dengan sewaktu kuliah dahulu. Karena yang terpenting adalah cara berpikir yang kita dapat dari kuliah di Teknik yang membuatnya berpikir lebih sistematis.

Beliau melanjutkan paparan mengenai “Mengapa Kuliah ke Luar Negeri: Gengsi atau Kebutuhan?”. Sebagai tim penyeleksi Beasiswa, beliau memberikan hal-hal substansial yang sangat penting saat kita akan mendaftar beasiswa. Kita harus bisa membedakan requirement dan kriteria dari setiap jenis beasiswa. Standar minimum harusnya tidak mematok kita untuk sekedar memenuhi standar itu saja, kita harus memberikan nilai yang jauh di atas standar minimum tersebut.

Saat ini, foreign student terbesar berasal dari China. Mengapa? Hal ini karena mindset. Kebanyakan orang China menganggap pendidikan sebagai investment, not cost. Sebagai investement tentunya dampak yang didapat akan jangka panjang. Itulah kenapa banyak pelajar China tersebar di seantero dunia, meskipun mereka kebanyakan dengan biaya sendiri.

Menjadi globally competitive di zaman ini sangat penting. Karena sekarang zamannya borderless, ASEAN Community. Kita bersaing bukan hanya dengan orang-orang Indonesia saja, tetapi dengan orang-orang dari negara lain.

Terpenting, ketika memutuskan untuk kuliah ke luar negeri dengan beasiswa adalah apa tujuan kita kesana, motivasi apa yang membawa kita untuk belajar di luar negeri?

Sebuah pengingat menarik ketika Bu Indy mengantarkan anaknya yang akan kuliah di Gronigen University, Belanda.

“Kenapa kamu mau pergi ke sini, ke tempat yang dingin, ke tempat yang makanannya sama sekali tidak enak, ke tempat yang udaranya tidak segar. Kenapa kalian mau pergi dari negara kalian, yang mungkin tempatnya jauh lebih segar, makanannya enak, dan matahari mungkin bersinar selama 365 hari setahun. Jika jawabannya untuk belajar ilmu dari kami, maka kalian salah.”

“Belajarlah di luar negeri untuk mempelajari dari mana kalian berasal”.

Kita akan menemukan bahwa semakin jauh kita berpisah dengan Indonesia, semakin jelas pula bahwa kita adalah Indonesia. The further you leave your country, The more you discover who really you are. Sesi minggu pagi yang super inspiratif itu ditutup dengan berfoto bersama. (BS)

pengurus-mab-dan-ketua-iluni-ui

Written by

Sebuah Uluran Tulus Bakti Alumni bagi Almamater FTUI. Info selengkapnya kunjungi www.BeasiswaMAB.org