MAB News

Home»Essay Lepas»Mata Air Biru, Disinilah Lahirnya sebuah Cinta (2)

Mata Air Biru, Disinilah Lahirnya sebuah Cinta (2)

Awalnya, tak ada yang berbeda dengan teman-teman disini, kami belajar, bercanda dan hidup bersama. Aku pikir tak ada yang istimewa disini, “ah, mereka hanya mahasiswa rantau yang tinggal di pondokan ini, tak lebih”. Kami bangun tidur, bersiap kuliah, pulang, belajar dan kemudian tidur kembali. Kami hanya bertegur sapa seadanya. Hari-hari pertama kulalui dengan perasaan datar. Tak mudah cinta itu lahir diantara kami. Butuh saling terbuka untuk cinta itu dapat merasuki jiwa-jiwa kami. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak kegiatan yang kami lakukan bersama, banyak suka-duka yang kami lalui bersama. Seiiring itulah cinta itu lahir. Akupun tidak merasa kesepian lagi. Aku sudah mendapat keluarga baru. Ya, keluarga baru! Memang, tak ada yang dapat menghapuskan kerinduanku pada ayah ibu serta adik-adikku di kota asalku, namun keluarga baru ini, keluarga yang Allah anugerahkan kepadaku sudah lebih dari cukup untukku berbagi cerita di tempat rantau yang serbakeras.

Kita semua tahu bahwa manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, begitupun aku. Aku yang masih kekanak-kanakan dan seringkali ceroboh dalam mengambil keputusan, sangat beruntung memiliki kalian yang bersedia mengingatkanku dan menjadi teman yang asyik diajak diskusi. Nisa yang selalu ada untuk mendengarkan ‘cerita alay’-ku, wiwi dan raja yang sudah bersedia membantuku selama di pondokan, kak mimi dan kak elsa yang sudah menjadi kakak terbaik, Awang yang sudah menjadi partner untuk menjaga ketentraman pondokan, Agus  dan Mahfud yang juga membantu mengurusi internal kami, Irfan, Zaini, Fakhry, Bayu, Arif, Saifan, Oscar, Kak Tama, Kak Wahyu, Kak Fakhri, dan juga kak Bambang serta Kak Rizki yang sudah bersedia direpotkan untuk mengurus adik-adiknya ini yang kadang menjengkelkan. Terima kasih saudariku, dan semua keluarga pondokan MAB, sudah bersedia menjadi potongan puzzle dalam hidupku. Oh ya, satu lagi, si gagah Tiger, kucing penghuni gelap pondokan putri yang selalu menjadi penghilang stress saat masa-masa berat ‘ujian’ itu datang.

English Course Pondokan

English Course Pondokan

Penulis : Siti Awaliyatul Fajriyah (Awa), Penerima Beasiswa Pondokan MAB, Mahasiswi Arsitektur angkatan 2012. Mahasiswa asal Bandung ini aktif dalam Ikatan Mahasiswa Arsitektur sebagai Bendahara Umum.

Written by

A Passionate Environmental Leaders concern on education styrofoam and waste issues, an NGO enthusiastic, a social worker who commit happily in voluntary works, A Design Thinker and Adviser for youth movement. Find me more at www.bamsutris.com